• Posted by : Unknown Rabu, 01 Agustus 2012


    "Leon . . ."
    "ya mam ?"
    "cepat keluar"
    "bentar lagi . . ."
    "ayo turun, sudah 2 hari kamu dikamar"
    "iya, aku turun"


    Cowok berambut hitam dan berbola mata coklat tua yang baru saja keluar dari kamarnya bernama Leon, dia baru saja lulus dari sekolahnya dan menghabiskan liburannya dengan bermain video game dikamarnya.

    "ini aku dah keluar, apa yang ingin kamu lakukan ?" tanya Leon sambil menggaruk-garuk kepalanya karena waktunya pasti akan terbuang untuk kegiatan lain

    "sini duduk dulu, sarapan" perempuan yang berada didepan Leon memberinya piring berisi 5 potong roti berbagai rasa

    "mam, apa kamu merencanakan sesuatu ?" tanya Leon dengan mulut yang masih penuh dengan roti

    "mungkin" balas perempuan itu sambil memberi Leon segelas susu

    "let me know mam" ucap Leon sedikit memaksa sambil mengambil potong roti yang lain

    "kamu harus kesana, bersiaplah dalam 3 hari" ucap perempuan itu sambil melemparkan sebuah amplop putih yang lumayan besar

    "what is that ?" tanya Leon dengan mulut yang masih penuh dengan roti

    "bukalah" balas perempuan itu sambil duduk memakan roti dengan perlahan

    Leon membuka amplop putih itu dan menarik keluar apa yang ada didalamnya, dia membaca perlahan apa yang tertulis dilembaran tersebut.

    Leon memukul dadanya dengan cepat dia tersedak setelah membaca apa yang tertulis dilembaran itu. "mama ? apa maksud semua ini ?" tanyanya dengan cepet setelah dia bisa kembali bernapas normal

    "aku akan mengirimmu kesana, jadi bersiaplah dalam 3 hari" ucap perempuan itu sambil tersenyum "dan lebih baik kamu persiapkan barang-barangmu dari sekarang"

    "nanti mama, aku mau keluar dulu" ucap Leon sambil berjalan menuju pintu keluar rumah itu

    "jangan lama-lama" balas perempuan itu sambil membereskan piring dan gelas dimeja makan

    Matahari pagi menghangatkan tubuhnya yang sudah 2 hari berada diruangan yang gelap, Leon berduduk diayunan yang berada dibelakang rumahnya. Dari ayunan itu dia dapat melihat sungai yang masih jernih dengan ikan yang berlompatan.

    Tapi pemandangan indah itu jauh berbeda dengan suasana hatinya, yang seperti badai menghancurkan ladang bungan yang indah. Dia masih bingung kenapa mamanya mengirimnya kesana.

    apa ini nyata ?

    apa aku benar benar akan kesana ?

    dan apa yang harus aku lakukan disana ?

    kenapa semua ini bisa terjadi ?

    Leon menundukkan kepalanya, dia merasa sangat terbebani dengan hal itu. Seseorang terdengar mendekatinya. Leon melihat kearah belakang siapa yang mendekatinya.

    "apa yang kau pikirkan anak kecil ?" tanya cewek berambut biru tua dan berbola mata kuning yang masih menggigit soda

    "kakak ! kapan kamu kesini ?" ucapnya tak percaya melihat kakaknya sudah pulang

    "2 hari yang lalu, lain kali kalau main beri jeda. masa kakakmu yang imut ini pulang gak tau ?" ucapnya sambil tersenyum menggoda

    imut apa ? ucapnya dalam hatinya. Dia baru ingat ada yang masih mengganggunya yang membuatnya terpaksa bertanya "kak, kamu tau Aurum Caelum ?"

    "Aurum Caelum ? bukannya itu seperti academy khusus ?" ucap kakak Leon ragu "ada apa ? apa yang membuat mu bertanya hal itu ?"

    "tidak apa, hanya saja aku harus berangkat kesana 3 hari lagi" ucap Leon dengan berat hati

    "kenapa harus murung ? harusnya kamu senang dan diacademy itu lebih baik dari pada bermain game terus menerus dikamar" ucap cewek itu sambil memeluk Leon erat-erat

    "k . . kak . . lepaskan . . aku gak bisa napas" ucap Leon dengan napas yang terbatas

    "oh sorry" cewek itu melepaskan Leon dan tersenyum senang

    Leon tidak bisa menyeimbangkan badannya akibat kakaknya melepaskan pelukkannya tiba-tiba yang membuatnya terjatuh dari ayunan. Kepala Leon terbentur tanah sangat keras yang buatnya tak sadarkan diri.


    3 days later . . .


    Leon mulai sadar dan membuka matanya, dia melihat keadaan sekitarnya yang asing itu. ini dimana ? apa dirumah sakit ? tapi ini bukan seperti rumah sakit ? tanya Leon dalam hatinya.

    "hay, selamat datang diAurum Caelum" ucap cewek berambut pirang yang muncul tiba-tiba disebelahnya

    "Aurum Caelum ? apa ini mimpi ? bagaimana bisa aku disini ?" tanya Leon sambil memegang perban yang ada dikepalanya

    "Leon . . kamu tidak mimpi, memang kamu ada disini. Dan soal bagaimana kamu kesini . ." cewek itu menundukkan kepalanya

    "hah ? bagaimana aku kesini ? apa aku sudah mati . ." ucapnya dengan nada lemas dah menunduk diakhir

    "ah tidak, kamu tidak mati. hanya saja mama dan kakakmu yang membawamu saat pingsan sehari yang lalu" ucap cewek itu sambil menggerak-gerakkan ke dua tangannya

    dasar kalian berdua kejam, tega-teganya membawaku kesini dalam keadaan pingsan ucapnya dalam hati sambil mengepalkan tangannya.

    "em . . apa kamu marah atau membenciku ?" ucap cewek itu dengan takut-takut

    "oh tidak kok, hanya saja kejam sekali mama dan kakakku membawaku kesini dalam keadaan pingsan" ucapnya sambil membuang napas perlahan

    "apa kamu tidak suka disini ?" tanya cewek pirang itu kembali dengan takut-takut

    "enggak juga, hanya saja aku masih asing dengan tempat ini" Leon kembali melihat keadaan sekitarnya

    "Leon, nanti aku akan menemanimu berkeliling, jadi tenang saja" ucap cewek berambut pirang itu dengan tersenyum

    "bagaimana kamu bisa mengerti namaku ?" tanya Leon penasaran siapa cewek yang berada didepannya

    "aku Minerva, penanggung jawab kesehatan disini" ucapnya dengan hangat

    Minerva ? penanggung jawab kesehatan disini ? bagaimana cewek yang masih muda ini bisa menjadi admin ? padahal kalau dilihat-lihat umurnya tidak begitu jauh denganku, dan untungnya tadi aku tidak berkata aneh ucapnya dalam hati sambil menunduk dan membuang napasnya perlahan.

    "apa kamu sakit ?" Minerva menggerakkan tangannya untuk menyentuh dahi Leon

    "aku baik baik saja" ucap Leon sambil memegang tangan Minerva yang hampir menyentuh dahinya

    Minerva memalingkan mukanya, Leon beursaha melihat mukanya dan terlihat mukanya mulai dihiasi warna kemerahan. Apa aku salah tanya Leon dalam hati sambil menurunkan tangan Minerva perlahan.

    "Minerva, katamu mau mengajakku berkeliling ?" ucap Leon sambil melihat mencoba melihat muka Minerva dengan jelas

    "ayo . ." Minerva langsung menarik tangan kiri Leon dan berjalan cepat keluar ruangan

    Leon hanya bisa mengikuti kemana cewek itu menariknya. Leon merasa sepertinya tangan kanan cewek pirang itu hangat dan sedikit bergetar, apa dia sakit ? tanya Leon dalam hati.

    Cewek itu tiba-tiba berhenti didepan sebuah ruangan "itu kamarmu Leon, barang-barang bawaanmu sudah disana"

    "barang-barang bawaanku ?" tanya Leon tak percaya

    "iya, mama dan kakakmu yang membawanya" jawab Minerva melepaskan tangan Leon

    "bisa aku cek sebentar ?" tanya Leon

    Cewek berambut pirang itu menganggukkan kepalanya dan membuka pintu kamar itu. Leon melihat ruangan cukup luas dengan tempat tidur 2meter x 2meter dan kamar mandi disisi lain ruangan. Leon juga melihat 3 tas koper, 2 tas jinjing, 1 tas ransel dan 1 tas kecil. 

    Aku serasa membawa senjata api dikedua tas itu kalau seperti difilm-film action. Leon kembali menundukkan kepalanya, setelah membuang napasnya dia mulai mendekati barang bawaannya untuk mengeceknya.

    Dia membuka tas jinjing itu dan tenyata apa yang dia curigai benar, beberapa jenis senjata siap rakit dan peluru dalam jumlah banyak memenuhi tas itu. "sorry Minerva ini pasti kerjaan kakakku, dia ingin selalu aku dalam keadaan yang aman. jadi dia membawakanku senjata sebanyak ini"

    "tak apa, kami tidak akan menyitanya. kamu boleh menyimpannya" balas Minerva santai sambil melihat sebanyak apa jumlah senjata yang ada

    "yeeeeeyeeeee . . ." teriak Leon tiba-tiba yang membuat cewek disebelahnya terkejut "terima kasih kakak, ternyata kakak memang mengerti aku"

    "Leon . . ada apa ?" tanya cewek itu sambil menekan pundak kanan Leon dengan telunjuk

    "kakakku membawakanku hal yang terpenting dalam hidupku" Leon menunjukkan 3 Notebook, 3 harddisk, 2 handphone dan 1 tablet PC dari tas jinjing lainnya

    Minerva menaruh tangan kanannya didepan dahinya dan menundukkan kepalanya, sebenarnya siapa dia ? dah bawa senjata sekarang bawa banyak gadget lagi, dasar orang yang aneh ucap Minerva dalam hati.

    "Minerva, ayo kita ketempat lain ?" ajak Leon sambil merapikan barang bawaannya

    "iya, aku tunggu diluar dan ini kuncimu" cewek itu memberikakan kunci kamar itu pada Leon

    Minerva keluar meninggalkan Leon yang sedang membereskan sesuatu dikamarnya. Minerva melihat keadaan sekeliling dari koridor sambil menunggu Leon keluar dari kamarnya.

    Terdengar Leon sedang mengunci kamarnya, cewek itu melihat kearah Leon yang membawa handphone berwarna ungu metallic sambil mendekatinya “kemana kita selanjutnya ?”

    “kamu lihat saja nanti” ucap cewek itu sambil berjalan menuju tempat selanjutnya diikuti oleh Leon


     `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°


    6 AM . . .
    Leon melihat kearah 3 laptopnya dia letakkan diatas meja panjang, sepertinya ada email yang masukucap Leon sambil mendekati meja itu.

    Hay little brother . . .
    Gimana keadaan disana ?

    Dasar kakak, sempat-sempatnya bertanya seperti itu. Kubalaskan kapan-kapan aja deh, aku sedang tidak mood ucapnya dalam hati.

    Leon keluar kamarnya untuk mencari udara segar dipagi hari, dia melihat awan yang menggumpal keemasan seperti permen. Sepertinya awan itu empuk sekali, aku ingin tidur diatasnya.

    Leon menaiki dinding pembatas dan bersiap-siap untuk melompat kearah awan itu, “sebelum melompat aku akan foto dulu awan ini” dia mengeluarkan handphone ungunya dan memoto awan itu beberapa kali.

    Leon kembali memasukkan handphonenya kesaku celananya, dia membayangkan betapa empuknya awan itu. Dia mulai menekuk kakinya dan bersiap melompat ke awan tersebut.

    “stop . . .” seorang cewek berteriak kepadanya sambil menarik salah satu kakinya yang menjadi tumpuan melompat

    “ouch . . .” teriak Leon lirih, perutnya terbentur keras dengan dinding pembatas tempat dia berdiri sebelumnya

    “hey, apa kau gila ? kamu ingin jatuh dari langit ?” ucap seorang cewek berambut putih panjang yang tiba-tiba muncul dibelakangnya

    “langit ? aku baru tau kalau ini dilangit” jawab Leon polos

    “apa Minerva tidak memberi tahumu kalau kita ada dilangit ?” tanya cewek itu sambil menarik tubuh Leon

    “aku tidak tau, dia tidak memberi tahuku. Dan siapa kamu ?” Leon menunjuk kearah cewek berambut putih itu

    “aku . . .” cewek itu menghentikan katanya setelah melihat cowok yang mencoba lompat itu tak sadarkan diri “dasar menyusahkan, anak baru saja sudah banyak menimbulkan masalah”

    “lebih baik aku membawanya kembali ke Minerva” ucap cewek berambut putih itu sambil membawanya ke Health Center


     `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°


    Leon kembali sadar dan memegang perutnya yang sakit. sekarang tidak hanya kepalaku yang diperban tapi perutku juga, lama-lama bisa jadi mumi juga kalau kayak gini terus keluhnya dalam hati.

    Leon melihat kearah Minerva dan cewek berambut putih panjang yang menariknya sebelum melompat, mereka berdua seperti sedang membicarakan sesuatu yang penting.

    “Leon, kamu sudah sadar ? sekarang lebih baik kamu menuju perpustakaan untuk mengambil buku” ucap Minerva yang tiba-tiba melihat ke arah Leon

    “iya, aku ke perpustakaan sekarang” Leon bangun dari tempat tidurnya dan mengambil handphonenya dari saku celananya

    Leon berjalan perlawan melewati koridor sambil memaikan salah satu game yang berada dihandphonenya. Dia melihat kembail keadaan sekitarnya.

    “kemarin, ke perpustakaan itu . . abis air mancur ini belok kanan” ucapnya pelan sambil menunjuk jalan yang akan dia lewati

    Cowok berambut hitam itu kembali memainkan game dihandphonenya sambil menelusuri jalan yang tunjuknya sebelumnya. “ayo dikit lagi, ayolah matiii” ucapnya perlahan dengan fokus maksimum kearah layar handphone.

    Leon berjalan ke kanan dan menelusuri koridor lain. "ada apa dengan game ini ? kenapa susah sekali" keluhnya sambil berjalan menelusuri koridor

    Leon melihat kearah bangunan besar yang bercat putih didepannya, dia kembali melanjutkan gamenya sambil menaiki tangga menuju pintu masuk. Leon mendengar ada yang membuka pintu bangunan tersebut yang menandakan perpustakaan sudah buka. Leon merasa ada yang menutupi jalannya saat sedang sibuk bermain game, apa aku sudah didepan pintu masuk tanyanya dalam hati.

    bruk . . .

    Seorang cewek menabrak Leon, mereka berdua berguling-guling hingga tangga terbawah. Kepala cewek itu mendarat diatas dada Leon. Cewek berbola mata biru dan berambut putih panjang merintih kesakitan.

    "ada apa denganmu ? kenapa menabrakku ?" tanya Leon pada cewek itu sambil memastikan handphonenya tidak rusak

    "aku tak tau, sepertinya aku tergelincir" lesung pipi terlihat dipipi cewek itu saat dia berbicara. "maafkan aku telah menabrakmu" cewek itu menundukkan kepalanya

    "nevermind, lebih baik kita bereskan barang bawaanmu" Leon berdiri dan mengambil kertas dan buku yang bertebaran disekitarnya

    "by the way, namaku Iris. aku anak baru disini" ucap cewek yang menabraknya sebelumnya sambil membantu membereskan buku dan kertas yang bertebaran

    "aku Leon, aku juga anak baru disini. salam kenal" Leon memberikan kertas dan buku yang berhasil dikumpulkannya

    Leon menangkap bola yang tiba-tiba meluncur kearahnya. "siapa yang melempar bola kearahku ?" dia melihat kearah sekitarnya. Karena tidak ada satu orangpun terlihat dia membuangnya.

    "Iris, aku ke perpustakaan dulu mau ambil buku" dia berjalan menuju ke perpustakaan

    "aku tunggu diluar Leon" balas Iris yang masih membereskan barang bawaannya


    5 minutes later . . .

    Leon keluar dari perpustakaan dengan membawa 2 buku yang tak begitu tebal. "kenapa mereka hanya memberimu dua buku itu ?" tanya Iris yang melihat buku yang diberikan padanya berbeda dengan yang mereka berikan pada Leon.

    "aku tidak tahu, aku hanya bilang. aku minta buku yang tipis lengkap walaupun susah dimengerti tidak apa, dan mereka memberi 2 buku ini" jawab Leon sambil menunjukkan kedua buku itu pada Iris.

    "buku 4 ele and other spell, dan expert mana" ucap Iris sambil membaca judul buku yang ditunjukkan Leon. Iris melihat kembali buku yang diberikan padanya "aku juga dapat expert mana, tapi yang 4 ele dan other spell dipisah masing-masing dalam buku tebal ini"

    "ayo kubantu kamu membawa buku-buku itu, sekalian aku ingin tau dimana kamarmu" Leon mengangkat 3 buku tebal bertuliskan Aqua, Wind dan Soil

    "kamarku tidak jauh dari sini, ayo ikuti aku" Iris mengangkat 3 buku sisanya yang lebih tipis dari 3 buku yang dibawa oleh Leon

    "Iris, apa kamu kesini atas keinginanmu sendiri" tanya pada cewek yang berjalan disampingnya

    Iris menganggukkan kepalanya "iya, aku ingin kesini setelah sekolahku selesai dan orang tuaku langsung memperbolehkanku disini" Iris tersenyum senang

    dia berbeda denganku, aku saja kesini dalam keadaan pingsan dan serba mendadak Leon menundukkan kepalanya

    "Leon, aku baru ingat. apa yang terjadi pada kepalamu ? kenapa diperban ?" tanya Iris sambil melihat kearah kepala Leon

    "oh ini akibat kakakku melepas pelukkannya tiba-tiba dan membuatku terbentur keras ke tanah" sambil menunjuk perban dikepalanya

    "itu didepan sudah kamarku" tunjuk Iris sambil berjalan kearah pintu kamar itu

    Iris membukan pintu kamarnya dan Leon melihat kamar yang tersusun rapi, dia menaruh Notebooknya disambing TV LCD dan beberapa boneka berjajar rapi diatas kasurnya.

    "kamar yang rapi, berbeda jauh dengan kamarku" ucap Leon perlahan

    "kamarmu seperti apa ?" tanya Iris setelah mendengar kata-kata itu

    "eng ? tidak, kamarku sangat berantakan" Leon menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kamarnya seperti kapal karam

    "tidak apa, aku ingin melihat kamarmu" Iris mengambil 3 buku yang dibawa Leon dan meletakkannya diatas meja

    "baiklah, kalau kamu memaksa" ucap Leon sambil menghembuskan napasnya perlahan

    Iris mengunci kembali pintu kamarnya dan berjalan mengikuti Leon berjalan dikoridor. Mereka belok ke kanan dari persimpangan pertama dan berjalan beberapa langkah untuk sampai didepan kamar Leon.

    Leon membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Iris melihat kamarnya "ini kamarku, maaf berantakan"

    Dia melihat 3 buah notebook yang berjajar dimeja disamping tempat tidur dengan kabel yang mengarah ke segala arah, diatas tempat tidur tergeletak satu handphone putih dan Tablet PC berwarna hitam. Disebelah TV LCD terdapat 1 satu pistol dan disalah satu sudut terdapat tumpukan senjata dan pelurunya.

    "apa kamu mau berperang Leon ?"ucap Iris tak percaya dengan apa yang ada dikamar Leon

    "tidak, hanya kakakku yang membawakanku barang-barang seperti ini. jadi aku hanya bisa pasrah saja" ucapnya sambil melempar buku yang diberikan perpustakaan

    (megaphone)
    attention for all new student
    come in gym at 3 PM

    "sepertinya jam 3 nanti kita harus ke gym" ucap Leon dengan berat hati

    "tak usah berpikir terlalu serius, jalani saja apa adanya" ucap Iris sambil tersenyum kearah Leon


     `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°``°``°•.¸¸.•°


    at gym
    Leon melihat anak baru yang lain semua memakai pakaian olah raga, hanya dia yang memakai kaos polos dan celana pendek. Tapi dia tetap santai dan tidak mereka terganggu dengan hal itu.

    14 orang berpakaian jas panjang putih hingga berjarak beberapa senti dari tanah. Mereka membawa setiap anak baru ke dalam ruangan tertutup seluas 12 meter x 12 meter yang berjajar disisi gym.

    "perkenalkan aku master element, Volta" cowok yang membawa Leon kedalam ruangan tertutup itu memperkenalkan dirinya

    "aku Leon, dan apa yang akan kita lakukan disini ?" tanya Leon melihat ruangan itu kosong tanpa ada furnitur apapun

    "tanpa kau sebutkan namamu kami sudah tau, dan aku akan mengujimu disini" ucapnya sambil tersenyum pada Leon

    "mengujiku ? untuk apa ?" tanya Leon kembali, dia tidak tau apa maksud cowok itu

    "menguji reflek mu" cowok itu menendang Leon dengan cepat

    Leon berhasil menangkisnya, tapi tenaganya begitu kuat dan membuatnya terpental membentur tembok. "hey, apa yang kau pikirkan ? kenapa kau mendangku ?" teriak Leon marah

    "itu bagian dari ujian, buktinya kanu berhasil menangkisnya. atau itu hanya kebetulan" cowok itu kembali tersenyum

    sial, dia pikir dia bisa bermain-main denganku ucap Leon dalam hati sambil bangkit dari posisinya sebelumnya.

    Cowok itu membuka tangan kanannya dan mengarahkannya kearah Leon. "mari kita lanjutkan" didepan tangan kanannya terbentuk cahaya coklat seperti suatu segel

    apa yang dia lakukan, apa dia akan membunuhku ? pikir Leon sambil bersiap apa yang akan terjadi.

    Sebuah batu meluncur dengan cepat kearah Leon, dia bergerak untuk menghindarinya tiba-tiba batu lainnya meluncur pergerakkannya. Leon menunduk untuk menghindari dua batu itu.
    "nice move Leon, ayo kita naikkan ke tingkat yang leibh sulit" ucap cowok itu sambil mengarahkan tangan kirinya kearah Leon

    Cahaya ungu terbentuk didepan tangan kiri cowok itu, apa yang akan dia keluarkan ? tanya Leon dalam hati. Leon menggerakkan kepalanya untuk menghindari titik serang cowok itu.

    Kilat biru tiba-tiba melintas disamping kepalanya. "apa kamu ingin membunuhku ?" teriak Leon yang bisa saja terbunuh jika terkena kilat itu

    "jika kamu ingin hidup hindari semua seranganku" 5 orb tiba-tiba terbentuk dibelakang cowok itu

    Cowok itu berlari menjauhi Leon sambil menembaki api dan kilat dari orb berwarna merah dan ungu. Leon berhasil menghindari semua serangan itu dan mencoba mendekati cowok tiu.

    Tiba-tiba sebuah batu besar muncul didepan Leon setelah orb berwarna kuning menyala. Leon melompatdari atas batu itu dan mengarahkan tendangannya kearah cowok itu.

    Cowok itu menghindarinya dengan mudah dan mengubah area pendaratan Leon tertutup dengan es yang licin dengan orb biruny, Leon tergelincir dan kembali menubruk dinding.

    Cowok itu menekuk kakinya seperti memasang kuda-kuda untuk memukul, Leon dengan cepat berdiri mempersiapkan dirinya. Tiba-tiba orb bening yang berada dibelakang cowok itu menyalah dan cowok itu melakukan gerakan memukul.

    Leon menyilangkan tangannya kedepan mukanya dan membukanya dengan cepat untuk mengubah laju angin. "hebat juga kau anak kecil" ucap cowok itu sambil tersenyum "ayo kita naikkan lagi levelnya"

    Cowok itu menggabungkan kekuatan orb biru dan bening yang membuat jarum es kecil yang melesat dengan cepat, Leon berlari menghindari serangan itu. Cowok itu menggabungkan kekuatan orb merah dan ungu, api yang mengeluarkan jilatan-jilatan listrik menutupi jalannya.

    13 master lain dan anak baru lainnya yang berada diluar bertanya-tanya apa yang terjadi didalam kerena terdengar suara gemuruh terus menerus.

    "ouch" teriak Leon karena kakinya terkena jilatan listrik

    "mau menyerah ?" ucap cowok itu sambil tersenyum

    "tidak sekarang" teriak Leon sambil bergerak kearah lain. "damn" teriak Leon melihat kaki kirinya yang beku didalam bongkahan es

    Leon mencoba menarik kaki kirinya yang beku dalam bongkahan es, dia melihat kearah cowok itu. Sebuah orb ungu kembali menyala, petir menyambar tubuh Leon beberapa detik yang membuatnya berteriak cukup keras.

    Leon masih berdiri dengan kepala tertunduk dengan napas yang tak beraturan. "hebat juga kau anak kecil" ucap cowok itu sambil tersenyum

    Es dikaki Leon tiba-tiba mencair, tapi Leon masih berdiri ditempatnya. "aku akan mencoba memaksamu menyerah dengan ini" orb merah dan kuning dibelakang cowok itu menyala bersamaan

    Sebuah batu besar yang membara tiba-tiba muncul dihadapan cowok itu, Leon hanya menundukkan kepala kebawah dan tak bergerak sedikitpun.

    Cowok itu bingung kenapa Leon tidak bergerak sedikitpun padahal dia sudah melepaskan es yang mencengkram kakinya dan batu membara ini perlahan mendekatinya.

    Tubuh Leon berhenti bergetar dan dia jatuh tak sadarkan diri, cowok itu dengan cepat berlari kearah Leon yang tergeletak tak berdaya. Batu yang membara itu masih berjalan perlahan disamping mereka berdua.

    "sial, ternyata dia tadi memaksakan dirinya" ucap cowok itu sambil mengangkat Leon

    Batu itu meruntuhkan dinding dihadapannya dah terus menggelinding. "kalian, tolong urus batu itu" teriak Volta pada 13 master lain yang berdiri melihat kearahnya sambil membawa Leon yang tak sadarkan diri ke health center

    Ke 13 master itu dengan cepat mengeluarkan seluruh kekuatan mereka untuk menghentikan batu yang membara itu.

    "aku tak percaya dia mengeluarkan spell meteor lv 12 untuk menguji anak itu" ucap salah satu master berambut kuning

    "ya, spell ini walaupun bentuknya kecil dan kecepatannya lambat masih sangat mematikan" ucap master berambut biru tua

    "segel sekarang" teriak master yang memiliki rambut berwarna merah

    Batu membara itu hancur menjadi abu setelah 13 master itu menyegelnya secara bersamaan. Anakbaru hanya bisa melihat lintasan yang dibuat batu itu dan ruangan tertutup yang porakporanda seperti baru terjadi badai.

    "bertahanlah Leon" ucap Volta, sayang sekali aku tidak memiliki spell penyembuhan keluh cowok itu.

    Leon masih tak sadarkan diri, kaos polosnya menjadi kotor akibat terkena serangan Volta. Volta merasa detak jantung Leon melambat dan dia hampir berhenti bernapas.

    to be continue . . .

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan