• Posted by : Unknown Senin, 01 Oktober 2012


    Lucia berjalan diatas karpet merah yang terdapat pada koridor untuk menuju stadium yang akan digunakan untuk Magic Battle. Magic Battle adalah pertarungan sihir yang hanya diikuti 8 peserta yang memiliki sihir kuat. Mereka yang ikut dapat saja master, murid atau pasukan pertahanan.

    Lucia melihat layar besar
    yang berada disudut stadium, dia melihat nama-nama yang akan bertanding. Leon VS Sky, Iris VS Lina, Lucia VS Volta, Kami VS ???, ucap Lucia dengan spontan saat melihat nama-nama yang tertulis. "hah!! tanda tanya ? apa maksudnya hal ini ?" teriak Lucia yang baru menyadari ada yang tidak beres

    Lucia berjalan menuju meja juri yang berada disudut arena. Lucia melihat Etro, Ares, Rhea, Minerva dan Ariana keatas. "apa maksud tanda tanya itu ?!" bentak Lucia

    "Princess Lucia kami tidak tahu, kami hanya menilai disini dan didaftar peserta ini juga tertulis tanda tanya" ucap Rhea yang mengangkat daftar peserta magic battle

    "lebih baik kamu mempersiapkan dirimu dan nikmati magic battle ini" ucap Etrlo dengan tegas

    "seenaknya saja kau berbicara" cibir Lucia pada Etro


    Etro yang mendengar cibiran Lucia hanya tersenyum kecil kearahnya. Lucia membalikkan badannya dan berjalan menjauhi meja juri. Lucia duduk disamping Iris dan Leon yang sedang mempersiapkan diri. Lucia melihat arena berdiameter 100 meter yang akan menjadi tempat Magic Battle.

    "Lucia, apa kau tidak melakukan persiapan ?" tanya Iris yang sedang mengencangkan sarung tangan biru yang dipakainya

    "tidak, ini cukup. pakaian ini sudah cukup" jawabnya dengan nada datar sambil melihat ke arena


    48 minutes later . . .


    Pria berumur 46 tahun yang berambut coklat muda dan memakai baju perang dengan coat putih berdiri dibelakang meja juri. "Mari kita mulai Magic Battle ke XZY dengan pertandingan pertama Leon melawan Sky, mohon langsung turun ke arena" ucap Pria itu dengan keras.

    -Battle 1 Leon VS Sky-

    Pria berambut coklat muda berbicara kembali setelah Leon dan Sky berada di arena "dilarang menggunakan serangan fisik, dilarang menggunakan serangan dengan area besar jika tidak bisa memfokuskannya dan lawan dinyatakan kalah jika tidak bangkit dalam 5 detik".

    "Leon, aku akan mengalahkanmu dengan cepat" ucap lelaki berambut perak dan bermata rare purple

    "jangan terlalu yakin, aku tak selemah yang kau pikirkan" ucap lelaku berambut hitam dan bermata coklat tua yang menggunakan jaket kulit berwarna coklat tua

    "ICE AGE !!" teriak Sky sambil memukul tanah dengan tangan kanannya. Seketika arena yang memiliki diameter 100 meter ditutupi oleh es tipis dan salju, butiran-butiran putih salju turun dari langit "tidak usah begitu waspada seperti itu, aku hanya mengubah arena yang membosankan tadi menjadi enak dipandang".

    "kukira kau sudah mulai menyerang" lelaki berambut hitam itu menghela napasnya perlahan

    "lihat sekitarmu ?" ucap cowok bermata rare purple. Leon melihat sekitarnya tiba muncul 8 patung es yang mengarahkan panah kepadanya "ice arrow"

    Leon melompat ke udara untuk menghindari ratusan panah yang mengarah padanya. Dia membloking panah dengan tangan kirinya dan menghancurkan satu persatu patung dengan tangan kanannya. Leon memberikan serangan terakhir yang sangat kuat kearah lelaki berambut perak. Lelaki itu melihat salju yang turun didepannya menyingkir akibat serangan Leon, dia mengayunkan tangan kanannya yang perlahan muncul pedang yang terbuat dari es.

    Suara ledakan terdengar dari ujung pedang lelaki berambut perak itu, dibalik salju yang kembali terhempas keudara lelaki itu berkata “untung saja aku menyadari ruang hampa yang bergerak kearahku, jika aku tidak meledakkannya mungkin aku akan sulit bergerak”. Lelaki berambut perak itu tersenyum “aku lupa mengatakan sesuatu padamu, mari kita bertaruh. Jika kau kalah kau harus melepaskan Iris”.

    “sial, beraninya kau berkata seperti itu. Lagi pula aku tidak akan kalah melawan orang sepertimu” Leon mengacak rambutnya untuk membersihkan salju yang membasahi rambutnya

    “lebih baik kau bersiap” lelaki berambut perak itu menyatukan tangannya didepan dadanya “tres step glacies prisona”. “uno, columnas glacies” lelaki berambut perak itu mengangkat kedua tangannya keatas, 8 pilar es besar bermunculan dari permukaan arena yang tertutup salju.

    “duo, torquem glacies” lelaki berambut perak mengarahkan tangannya kearah Leon, ratusan rantai keluar dari pilar-pilar tinggi yang mengelilinginya. Leon membeku diantara pilar-pilar itu dan membiarkan dirinya terikat oleh rantai-rantai es yang bening seperti kaca.

    “tres, carcerem existere glacies” lelaki berambut perak memukulkan tangan kanannya ketanah. Leon melihat dengan cepat kearah atas setelah melihat bayangan besar disekelilingnya.  Pilar es yang bening jatuh dari langit menimpa tubuh Leon yang masih membeku terikat rantai es.

    Lelaki berambut perak itu membalikkan badannya kemudian menunduk untuk memberi tanda pada juri untuk menghitung mundur detik-detik kemenangannya. Etro mengangkat tangannya dan mulai menghitung mundur.

    5 . . .

    4 . . .

    3 . . .

    2 . . .

    CRRAACKKKK !!

    Pilar es besar tiba-tiba terbelah, terlihat sesosok lelaki merambut abu-abu berdiri diantara pilar yang mulai runtuh “terlalu cepat Sky, aku tidak akan kalah secepat itu”

    “glacies tempestas” pusaran es dengan listrik yang mengalir didalamnya mengarah kearah Leon yang masih menundukkan kepalanya

    Leon tersenyum dan mengayunkan tangannya kebawah dengan cepat “gravity zone, downstream”. Pusaran es yang mengarah padanya dengan cepat hancur, dan es yang turun bergerak lebih cepat dari semestinya. Lelaki berambut perak menahan berat tubuhnya yang semakin lama semakin berat.

    “next level” salju yang menumpuk dipermukaan arena seperti tertekan dengan keras, lelaki berambut perak akhirnya jatuh karena tidak dapat menahan gaya tarik yang sangat besar.
    Etro memberikan tanda pemenangnya ada Leon.

    -Battle 2 Iris VS Lina-

    “mohon kerja samanya” ucap Iris sambil menundukkan kepalanya kearah gadis berambut merah yang ada dihadapannya.

    Gadis berambut merah itu mengalihkan pandangannya “kau pikir dengan seperti itu aku akan mengalah padamu ?”

    Iris hanya tersenyum mendengar kata-kata dari gadis berambut merah yang berada dihadapannya. Tanda pertandingan sudah dimulai terdengar, mereka berdua mengambil posisi siaga.

    “ini akan berlangsung cepat” gadis berambut merah itu mengangkat tangan kanannya bersamaan dengan api yang mulai berkobar diatas salju bekas pertandingan sebelumnya. “blazing lance” api biru yang berbentuk tombak menusuk kearah Iris

    “Holy Shield” prisai transparan berwarna putih keluar dilengan kiri Iris, dia dengan cepat menangkis tusukan Lina. “holy chain” rantai-rantai putih keluar dari tanah, rantai-rantai itu dengan cepat mengarah kearah Lina.

    Lina tersenyum sambil mengindari rantai-rantai yang mengarah padanya “masih terlalu lambat Iris”. Lina melompat ke udara sambil mengarahkan tangannya kearah Iris “blaze pearl”, Ratusan bola api yang membara terlihat dilangit.

    “sial, ini buruk. Aku takkan mampu menahannya dengan holy shield” gumam Iris sambil melihat keatasnya “aku takkan bisa menghindarinya, areanya terlalu luas. Terpaksa aku harus menggunakan elemen yang lain”

    “duo elementorum : argilla scutum” pelindung yang terbuat dari tanah liat terbentuk mengelilingi Iris. Pelindung itu menjadi semakin keras terkena bola-bola api yang jatuh dipermukaannya. Lina melihat raut muka Iris yang tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin dibalik pelindungnya yang mulai runtuh secara perlahan.

    Lina melihat gadis itu mengarahkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan kearahnya. “illuminos grande” sebuah cahaya putih yang sangat terang keluar dengan cepat dari kedua jari Iris, cahaya putih yang sangat terang itu seperti menyerap sumber cahaya lain yang ada.

    Lina terkejut melihat bahu kiri berlubang terkena serangan itu, dia tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Iris berlari mendekati gadis berambut merah yang tak sadarkan diri terbaring ditanah.

    Iris menyembuhkan luka yang diterimanya, tapi gadis itu masih tak sadarkan diri. Minerva menyuruh bawahannya untuk dibawa ketempat pemulihan.

    -Battle 3 Lucia VS Volta-

    “aku bosan melawanmu, dari tahun ke tahun tidak ada perkembangan” cibir Lucia sambil memalingkan pandangannya

    “tidak untuk tahun ini” lelaki berambut kuning itu menunduk dan tersenyum “karena, aku pasti akan dapat mengalahkanmu”

    “ya, kita lihat saja nanti” sayap putih terlihat terbuka dibelakang Lucia dan pedang berwarna putih terlihat ditangan kanannya.

    seperti biasa, dia pasti mengeluarkan yang seperti itu. dia tak pernah berubah, sepertinya rencana ini akan berjalan seperti perkiraanku”  Lelaki berambut kuning itu tersenyum sambil berdiri dengan posisi siaga

    “meteor” ucap Volta perlahan sambil memejamkan matanya. Langit menjadi merah, sebuah meteor berdiameter 15 meter bergerak menuju arena pertandingan

    Lucia tidah bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri, dia hanya melihat meteor yang semakin dekat dengannya. “hah? Apa yang dia lakukan ? biasanya dia pasti sudah meledakkan meteor itu, tapi kenapa hanya diam?” Tanya Volta dalam hatinya

    Meteor itu menabrak tempat dimana Lucia berdiri, ledakan yang cukup keras terdengar dari tempat bertumbukan meteor itu. Api dari ledakan tersebut mulai mereda, sesosok gadis berambut hitam sedang mengibaskan rambutnya. “seperti biasa, terlalu lemah” ucap gadis bermata biru

    sial”  lelaki berambut kuning mengeluarkan 5 orb yang ngelilingi tubuhnya “chaos spear”. Terbentuk sosok ungu besar dibelakang lelaki berambut kuning, Lucia hanya melihat sosok itu dengan ekspresi datar. Sosok bertangan enam dengan tombak listrik disetiap tangannya terlihat  mulai menargetnya.

    Suara ledakan terdengar disetiap lemparan tombak listrik dari sosok bertangan enam tersebut, suara itu terdengar akibat kecepatan lemparan tombak yang mendekati kecepatan suara. Lucia menangkis setiap serangan dengan mudah menggunakan pedang putih yang dipegangnya.

    “miss” lelaki berambut kuning tiba-tiba berada dibelakang Lucia “special compound”. Lelaki itu terhempas setelah mengeluarkan serangan 5 elemen yang berbentuk seperti tombak dengan berbagai warna.

    “hah ?” ucap Lucia perlahan melihat kearah serangan yang datang kearahnya. Dia mengangkat tangan kanannya perlahan kearah serangan tersebut. Bola matanya yang berwarna biru berubah menjadi warna merah seketika, serangan yang dikeluarkan oleh Volta terserap oleh lubang hitam yang terbentuk didepan tangan kanannya.

    “mustahil, bagaimana dia bisa menggunakan dark magic” ucap lelaki berambut kuning yang terkejut melihat serangannya yang terserap kedalam lubang hitam.

    “secret technique : live in emptiness” ucap Lucia sambil berjalan menjauhi Volta. Kain putih tiba-tiba muncul dari tanah dan dengan cepat membungkus tubuh lelaki berambut kuning yang masih terkejut itu. Rantai putih muncul dari tanah dan mengikat tubuh Volta yang terbungkus kain putih.

    Lucia mengepalkan tangannya keatas untuk menghentikan balok putih besar yang akan menimpa tubuh Volta sebagai segel terakhir. “juri, cukup sampai disini” ucap Lucia yang dijawab anggukkan oleh Etro.

    -Battle 4 Kami VS ??-

    Lelaki berambut hitam pendek memasuki arena pertandingan, dia tidak melihat satupun orang yang akan menjadi lawannya. “hai juri, apa aku langsung ke babak berikutnya ?” teriak Kami dari dalam arena

    “kami tidak tahu, lebih baik kau menunggu” ucap Ariana yang meletakkan kakinya diatas meja

    “Ariana, apa kau tahu siapa yang menjadi lawannya ?” ucap Rhea yang duduk disampingnya

    “aku tidak tahu, tapi yang jelas. Dia salah satu anggota kita, karena ini acara tertutup” ucap Ariana dengan santai

    Ratusan kupu-kupu hitam tiba-tiba muncul diarena pertandingan, kupu-kupu itu berkumpul dan membentuk sosok berjubah hitam yang tidak terlihat wajahnya. “jadi kau yang akan menjadi lawanku ? aku akan mengakhirinya dengan cepat supaya pertandingan ini cepat berakhir” teriak lelaki berambut hitam pendek itu sambil menunjuk kearah sosok berjubah hitam.

    “quicksand” tanah yang diinjak oleh sosok berjubah hitam itu tiba-tiba menjadi pasir hisap, sosok itu terhisap perlahan. “rock block” tubuh sosok berjubah hitam itu terperangkap didalam batu hingga pencapai lehernya.

    “bone breaker” lelaki berambut hitam pendek itu menepuk kedua tangannya, dua tembok besar muncul dari tanah dan mulai bergerak untuk menghimpit sosok berjubah hitam. Kami tersenyum melihat sosok berjubah hitam hanya terdiam tanpa bergerak sedikitpun dengan tembok besar yang mulai menghimpit tubuhnya.

    Kami tiba-tiba terkejut melihat cahaya yang melintas menembus kepalanya dari arah kedua tembok besar yang hampir menyatu, dia merasa tubuhnya kaku seketika. Beberapa tangan-tangan hitam muncul dari bawah tubuhnya. Dia berusaha untuk tetap berdiri, tapi tangan-tangan itu semakin kuat menariknya.

    “juri ?! apa ini diperbolehkan ?!” teriak Kami yang melebarkan kuda-kudanya untuk mempertahankan tubuhnya.

    Etro yang melihat kearah Kami hanya duduk sambil menganggukkan kepalanya dan bersiap menghitung mundur. “5 . . 4 . . 3 . . 2 . . 1 . . pertandingan selesai” ucap Etro

    Sosok berjubah hitam itu berjalan keluar dari tembok besar yang menghalangi geraknya, sosok itu sangat tenang, bahkan langkah kaki tidak terdengar. Para juri hanya melihat sosok hitam itu meninggalkan arena pertandingan.

    “Ariana, apa ada yang salah ?” ucap Rhea melihat Ariana yang dari awal pertandingan melihat kearah sosok berjubah hitam itu

    “aku penasaran apa yang terjadi saat final, apa dia akan mengalahkan semuanya. Karena menurut pengelihatanku, dia lebih kuat darimu bahkan Etro” ucap Ariana dengan serius

    “lebih kuat dariku ? sebenarnya siapa dia ?” Tanya Etro dengan spontan

    “aku tidak yakin, lebih baik kita percepat finalnya” ucap Ariana meminta pendapat persetujuan juri yang lain

    Para juri yang lain menganggukkan kepalanya perlahan tanda menyetujui usulan Ariana untuk mempercepat final. Ariana berdiri dari tempat duduknya dan berdiri diatas meja juri “para peserta yang masuk final, pertandingan akan dimulai 5 menit dari sekarang. Dan kami berikan waktu 5 menit untuk bersiap didalam arena”


    5 minutes later . . .


    Iris dan Leon berjalan masuk ke arena dari sisi barat arena, Lucia berjalan masuk ke arena dari sisi timur arena. Kupu-kupu hitam berkumpul disamping Lucia, sosok berjubah hitam itu muncul didekat Lucia.

    “siapa kau sebenarnya ?” ucap Lucia dengan serius ke sosok berjubah hitam yang berdiri didekatnya

    Sebuah lubang hitam tiba-tiba muncul tidak jauh dihadapan gadis bermata biru dan berambut hitam lebih dari pinggang, dia seperti tidak asing dengan lubang hitam yang terbentuk dihapannya.

    Dia melihat dengan seksama apa yang akan keluar melalui lubang hitam itu, sebuah tangan berwarna putih pucat keluar perlahan diikuti anggota tubuh lain dari dalam lubang. Gadis bermata biru itu melihat lelaki berambut coklat tua yang memiliki bola mata berwarna merah berdiri dihadapannya. Dia melihat sosok yang selalu menemani hari-hari yang seharusnya masih terbaring diranjangnya telah berdiri dihadapannya. Seluruh perasaannya bercampur jadi satu, gadis itu bingung harusnya merasa cemas atau senang, mengingat kata-kata Ariana bahwa lelaki yang berada dihapadannya saat ini sudah kehilangan kekuatannya.

    “Len, apa kau baik-baik saja ?” gadis bermata biru itu melihat kearah lelaki bermata merah dihadapannya yang kulitnya memancarkan cahaya kekuningan

    Lelaki bermata merah itu hanya diam dan berjalan menuju Lucia yang terlihat cemas dengan air mata yang terbendung dikelopak matanya. Len mengambil sesuatu dari kantung coatnya yang berwarna hitam, Lucia melihat kristal yang terlihat cahaya pelangi didalamnya.

    Len mengangkat tangan tangan kanan gadis dihadapannya perlahan, dia meletakkan Kristal yang indah itu diatas telapak kanan tangan gadis itu. Lucia melihat kearah Kristal yang berada diatas telapak tangannya, dia menatap lembut kearah Len “Len, apa ini ?”

    Lelaki berambut coklat tua itu menyentuh lembut pipi Lucia “maafkan aku Lucia, hanya itu yang dapat kuberikan padamu. dan maafkan aku, karena aku tidak dapat menemanimu di magic battle ini”

    Len memegang lembut dagu Lucia dan mencium kening gadis yang berada dihadapannya “gunakan Kristal itu, karena benda itu akan melindungimu”. Lucia sedikit tenang mendengar kata-kata yang diucapkan Len. “saat aku tidak ada, aku harap kau bisa selalu tersenyum tanpaku” ucap lelaki bermata merah itu perlahan.

    “L . . Len . . a . . apa yang kau maksud ?” Lucia terbata-bata terkejut mendengar apa yang diucapkan lelaki yang berada dihadapannya

    “tidak, bukan apa-apa. Sudah saatnya  aku pergi, pertandingan ini sudah hampir dimulai” Len memeluk lembut tubuh gadis bermata biru itu. Gadis itu merasa senang karena lelaki yang selalu menemani hari-harinya sudah bangun dan menemuinya, walaupun dia tidak mengerti kenapa lelaki itu berkata yang sulit untuk dimengerti.

    “Lucia, selamat tinggal” lelaki berambut coklat yang memiliki bola mata merah mencium bibir gadis dihadapannya dengan lembut. Gadis itu menutup matanya perlahan dan warna kemerahan menghiasi wajah putih gadis itu, dia merasa kecemasannya hilang perlahan-lahan.

    Lucia merasakan detak jantungnya yang berdetak perlahan, dia membuka matanya perlahan. Dia melihat lelaki bermata merah dihadapannya tersenyum lembut padanya, “sampai jumpa Lucia” ucap Len perlahanan.

    Lucia merasakan tangan lelaki yang memelukkan hilang perlahan, dia mundul beberapa langkah dari lelaki itu. Dia melihat sebagian tubuh lelaki itu sudah menjadi abu. “tetaplah tersenyum” ucap lelaki itu dengan tersenyum sebelum seluruh tubuhnya hancur.

    “Len . . apa yang kau maksud pergi itu seperti ini ? kenapa kau meninggalkanku sendiri” Lucia terduduk lemas sambil menundukkan kepalanya.

    Sakit . . .

    Perih . . .

    Ternyata ini rasanya kehilangan seseorang yang penting dalam hidup . . .

    Kehilangan arah dan alas an hidup . .  .

    Apa yang harus kulakukan tanpamu . . .

    Kau yang memberi warna disetiap hariku . . .

    Dan hanya kau yang mampu membuatku tersenyum lepas, tanpa beban . . .

    Air mata mengalir perlahan dari mata biru indah gadis itu. Sosok berjubah hitam melihat kearah Lucia yang masih terduduk lemas dengan kepalanya yang tertunduk lemas “Lucia, aku tahu apa yang kau rasakan. Tapi hidup masih berjalan, dan lebih baik kau berhenti menanggisinya. Aku yakin dia pasti tidak ingin jika kau terus menerus larut dalam kesedihan karena dirinya”

    “dan aku tahu pastinya kau sangat terpukul atas kejadian tadi, lebih baik kau mengambil jarak dan berlindung menggunakan Kristal itu” gadis bermata biru itu melihat bagian sekitar mata sosok itu ditutupi oleh topeng silver.

    Lucia melihat pancaran dari mata abu-abu sosok berjubah hitam itu tidak seperti orang jahat, dan dia membalas senyum dari sosok itu. Lucia mencari cincin putih yang dia berikan pada Len sebagai tanda pertunangannya, dia berniat menyimpan cincin yang selalu mengingatkannya pada Len.

    Lucia tidak dapat menemukan cincin putih itu disekitar tempat Len berdiri sebelumnya. “Lucia, cepat menjauh dan gunakan kristal yang diberikan Len” ucap sosok berjubah hitam itu perlahan melihat Lucia yang terdiam

    Lucia dengan cepat menjauh dari sosok berjubah hitam itu, Iris dan Leon terlihat bersiap melawan sosok berjubah hitam itu.

    To be continue . . .

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan