• Posted by : Unknown Sabtu, 15 Desember 2012


     Hikari melihat ke arah kirinya dengan tajam, cangkir putih dengan lukisan pada permukaannya berserakan di hadapannya. Magenta memindahkan pandangannya ke arah yang dilihat Hikari. Seorang lelaki berambut merah membawa sebuah senapan laras panjang
    yang masih mengarah ke arah Hikari dengan posisi jongkok menahan senjata yang dibawanya.

    Lelaki berambut merah itu tersenyum dan berjalan perlahan mendekati Hikari. “Max, aku sudah mengatakan aku tak akan memaafkanmu lagi jika memecahkan cangkirku yang lain” Hikari mengarahkan tangannya yang terkepal ke arah lelaki berambut merah itu, sebuah pedang besar sepanjang 2 meter melesat dengan cepat ke arah lelaki itu.

    Lelaki berambut merah itu hanya tersenyum kecil sambil menutup matanya. Suara tumbukan terdengar dengan keras, pedang besar tertancap di samping lelaki berambut merah yang masih menutup matanya. “Maximilian, sudah berapa ku katakan jangan buat Hikari marah” omel gadis berambut merah panjang dengan beam cannon hitam di tangan kanannya dengan goresan yang cukup panjang akibat menangkis pedang besar.

    “sayang~ biarkan aku bermain-main dengannya, aku ingin mencoba menghindari 100 ribu missilenya” lelaki bernama Maximilian tersenyum sambil mencubit gadis yang  berada di hadapannya.

    “Mix, lebih baik kau bersiap, karena aku akan mengabulkan permintaannya” Hikari tersenyum ke arah Mix dan Max yang berada 40 meter darinya. Sebuah cahaya terang muncul dari belakang Hikari bersamaan dengan sebuah robot bersenjata lengkap yang muncul perlahan. Hikari melihat ke arah Magenta perlahan “lebih baik kamu menjauh”

    Magenta mengambil beberapa meter dari robot berwarna merah yang hampir muncul sepenuhnya “aku rasa robot itu tidak bisa bergerak, walaupun bergerak pastinya lamban. Dia terlalu banyak mempersenjatai robot setinggi 15 meter itu dengan Pulsar Weapons, Machines gun, dan missile launcher

    Hikari melompat ke dalam kokpit yang berada di bagian kepala robot itu “tapi aku tidak yakin kalian menemuiku hanya untuk melawanku, sebenarnya apa yang ingin kalian lakukan ?”

    Max tersenyum kecil “yah, padahal aku ingin bersenang-senang tapi aku dapat perintah dari Ane untuk membawa orang itu” dia menunjuk ke arah Magenta.

    “apa yang dia lakukan ?”
    “aku tak tau, tapi sepertinya urusan yang penting”

    Hikari menarget missilenya ke arah Mix dan Max yang ada di hadapannya “jika kalian dapat mengalahkanku, aku akan menyerahkan dia”

    “as you wish~” Max mengeluarkan dua gatling gun dengan penyangga yang menahan senjata itu

    “hey, apa pelurumu cukup untuk menghancurkan seluruh missilenya ?” Mix menundukkan kepalanya untuk berbisik di telinga Max

    “sejujurnya aku hanya membawa 50 ribu peluru untuk kedua gatling gun ini” Max tersenyum ke arah Mix yang ada di sampingnya, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar hal itu. “tapi aku yakin mana ku akan habis sebelum peluru habis, jadi aku akan berganti-ganti senjata. Dan kamu yang menembak langsung ke arahnya” lelaki berambut merah itu kembali tersenyum tanpa beban.

    “ternyata aku benar-benar menikahi orang gila” gadis berambut merah itu menundukkan kepalanya.

    “switch to mana” ucap Max perlahan.

    Mix melihat panah yang muncul menunjuk ke MP bar Max “50 mana point/bullet harga yang cukup mahal hanya untuk bermain-main seperti ini”. Rambut merah gadis itu tertiup angin yang dihasilkan putaran gathing gun yang sangat cepat. Suara bising dan ledakan missile-missile yang meledak tertembak lelaki yang berada di hadapannya. Selongsong peluru yang masih mengepul membanjiri tanah.

    “MIX !! AWAS !!” teriak lelaki berambut merah yang ada di hadapannya. Dengan cepat memiringkan badannya untuk menghindari missile yang melukai leher Max. Darah mengalir perlahan membasahi armor hitam dengan ukiran-ukiran berwarna Jingga yang menyala “lebih baik mulai menembak, dia menaikan kecepatan tembak missilenya. Aku tidak akan bisa menahannya”

    “switch to mana” ucap Mix. Gadis  berambut merah memejamkan matanya sambil mengangkat Beam Cannon dengan circuit berwarna biru yang menyala dipermukaannya. “50K mana” raut muka gadis itu berubah menjadi serius dan mengarahkan Beam Cannon ke arah kokpit robot merah yang dikendalikan Hikari.

    Letupan-letupan cahaya kebiruan terlihat dalam laras Beam Cannon, serangan yang mengorbankan 50ribu mana membutuhkan casting skill yang cukup lama. “Sial, ini membutuhkan 10-15 detik sebelum menembak” keluh Mix.

    “dasar bodoh, kenapa tidak tembak sesering mungkin dengan power yang sedang” ucap Max dengan tatapan yang aneh.

    “sial, beraninya kau mengatakanku bodoh” Mix mengarahkan Beam Cannonnya ke arah Max

    “hey, senjata itu hampir meledak” cibir Max

    Gadis berambut merah dengan cepat mengayun laras Beam Cannonnya ke arah kokpit. Lelaki berambut merah berlari dengan cepat ke arah gadis berambut merah yang terpental setelah menembakkan Beam Cannon miliknya. “ahh, aku berhasil menangkapmu” lelaki itu menggendong gadis itu “dan sepertinya meleset”

    Lubang besar terlihat pada bahu kiri robot yang dikendalikan Hikari. Magenta melihat ekspresi muka Hikari sedih, robot ke sayangannya rusak. “saat seseorang bersedih langit pun ikut bersedih dengan menurunkan hujan, di dunia ini tidak ada yang seperti itu jadi aku terpaksa membuat hujanku sendiri”

    Magenta melihat mana bar Hikari kembali menurun, 4 buah kotak putih muncul perlahan di belakang robot yang dia kendalikan. “hujan” gadis itu menutup kedua matanya perlahan dengan kedua tangannya berada di depan dadanya seperti berdoa “hujan, bawa kesedihanku bersamamu

    “Max, langitnya jadi gelap~” ucap gadis berambut merah dengan posisi masih dalam gendongan Max

    “sayang, sepertinya kamu memang bodoh atau semacamnya. Apa kamu tidak melihat itu adalah missile~” balas lelaki berambut merah dengan nada datar sambil melihat ke langit.

    “sayang, sekarang siapa yang bodoh ? kalau kamu tau itu missile yang mengarah kita kenapa kamu diam ?” gadis berambut merah menatap ke arah lelaki yang menggendongnya.

    “aku tidak bisa mengeluarkan senjataku saat menggendongmu, dan menggendongmu dengan satu tangan terlalu berat” lelaki itu tersenyum sambil menurunkan gadis berambut merah. Max mengeluarkan P90 di kedua tangannya “menurut dia P90 senjata dengan putaran peluru yang cepat dan akurasi yang lumayan, aku akan menggunakan senjata ini untuk menembak missile-missile itu”

    “kata dia ? apa yang dimaksud ?”

    Lelaki berambut merah menganggukkan kepalanya dan memulai menembak ke arah langit. Selongsong peluru mulai berjatuhan di sekitarnya. Dia mengguncang kedua P90 dengan cepat untuk melepas magasin yang menempel pada senjata itu, magasin lama terpasang otomatis setelah magasin sebelumnya terlepas. “aku ingin mencoba apa yang pernah dia lakukan di dunia nyata, dia berhasil meledakkan roket RPG-7 dengan 3 tembakan Magnum 44” lelaki berambut merah itu menunjukkan raut wajah yang belum pernah dilihat gadis itu sebelumnya, bisa dikatakan ekspresi yang sangat serius seperti mempertaruhkan nyawanya.

    Ribuan missile yang masih aktif mulai mendekati permukaan tanah, gadis itu menundukkan kepalanya dan menarik lelaki berambut berlari bersamanya menjauhi pusat ledakan. “bodoh ! jika kamu mati dengan missile itu . . . ka-kamu tidak akan sadar lebih dari seminggu !! aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu” gadis itu terhenti dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

    “eh ?! i-itu~” lelaki itu hanya bisa menatap bagian tubuh gadis yang menariknya, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan.

    Magenta melihat ke arah langit yang semakin gelap dipenuhi dengan missile yang mengarah ke arah Lelaki dan gadis berambut merah yang masih terdiam. Dia melihat ke arah kokpit robot merah yang dikendalikan Hikari, SP bar Hikari berkurang setiap missile yang keluar dari 4 kotak putih di belakangnya.

    “aku tak akan membiarkanmu mati di sini” gadis berambut merah membalikkan badannya ke arah lelaki berambut merah yang ditariknya. “aku akan menyelesaikannya” sebuah booster dengan 4 sayap berwarna merah terbuka di belakang gadis itu.

    Mix melesat dengan cepat ke arah Hikari, ribuan missile yang menutup langit dengan cepat mengarah padannya “sial, pelacak panas”. Mix menukik 90 derajat ke atas, dia menggunakan kekuatan maksimal boosternya untuk menjauh dari ribuan missile yang mengejarnya.

    sial, aku tidak bisa mengikutinya. Boosterku masih rusak terserang Tiamat, yang membuatku jatuh dari ketinggian 20 meter” Max mengepalkan keras tangannya sambil memikirkan cara untuk menolong Mix. Sebuah layar tiba-tiba muncul di hadapannya, layar dengan tulisan “new skill, railgun”.

    Max menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil “ternyata dunia ini telah berkembang diluar perkiraanku, dunia ini kembali memperlihatkan hal yang baru padaku”. Max dengan cepat mengangkat kepalanya untuk melihat Mix yang sedang penembak sambil menghindari missile. “RAILGUN, tunjukkan wujudmu padaku !!” Max berteriak sambil mengangkat tangan kirinya.

    Dua conductive rails yang berwarna putih muncul perlahan dari permukaan tanah di belakangnya, pandangan Max tiba-tiba dipenuhi dengan panel-panel yang asing baginya. “aku tidak mengerti, yang penting tembak !!” dia menekan tombol shoot.

    “he ? tidak terjadi apa-apa ?” dia melihat ke arah dua rail yang tidak berubah sedikit pun, dia menekan tombol shoot terus menerus tapi tetap terjadi apa-apa.

    “atur powernya dan targetnya sayang !!” teriak Mix yang meluncur ke arah lelaki berambut merah yang masih bingung dengan panel-panel di hadapannya. Bom sonic terdengar di udara, gadis berambut merah itu meluncur dengan kecepatan 2 Mach untuk mendekati lelaki itu.

    “biarkan aku yang melakukannya” Mix menggeser pengatur power dalam keadaan maksimum dan mengarahkannya ke ribuan missile yang masih meluncur ke arahnya. Max menekan tombol shoot dengan cepat, loncatan-loncatan listrik mulai terlihat pada dua rail yang berada di atas kepala mereka.

    Gadis berambut merah membalikkan badannya ke arah Max sambil menutup matanya. Max melingkarkan tangan kirinya dan mengusap kepala gadis itu dengan tangan kanannya “mati atau hidup setidaknya kita masih bersama, sesuai janji yang kita ucapkan dahulu”

    Ledakan yang sangat kuat menggetarkan tanah, angin bertiup kencang diikuti gaya dorong yang dihasilkan ledakan. Magenta menutup matanya dari cahaya yang muncul dengan lengan kirinya, Hikari dengan cepat menutup 4 kotak peluncur missilenya.

    Hikari melihat ke arah SP bar yang ada di bagian kanan pandangannya “System auto pilot ini hampir menghabiskan seluruh SP ku, akan ku gunakan pulsar Weapons  untuk menghematnya”

    Magenta melihat ke arah Hikari, sebuah pulsar Weapons yang berada pada punggung robot bergerak untuk menarget ke arah sumber ledakan. “sepertinya dia mengaturnya pada keadaan stanby” ucap Magenta perlahan melihat cahaya biru yang menyala dalam senjata itu.

    Sebuah perisai berwarna hitam dengan ukiran merah darah yang menghiasi permukaannya, gadis berambut biru muda terlihat memejamkan matanya di depan Max yang masih memeluk Mix. “Hikari, sepertinya kau sudah cukup bersenang-senang”

    “bersenang-senang apanya ? aku sedang berkabung, mereka merusak robotku” keluh Hikari melihat lengan kiri robotnya yang tidak bisa digerakkan.

    “aku akan memperbaikinya, setelah aku membawa orang itu pada Ane” gadis berambut biru muda sepundak dengan dua jepit berwarna merah di bagian kanan menunjuk ke arah Magenta.

    “apa hubungan kalian dengan Magenta ?”

    “kami harus membicarakan sesuatu dengannya ?” gadis berambut biru muda melihat ke arah SP bar milik Hikari yang mulai habis “aku akan membawanya secara paksa jika kamu menolaknya”

    Hikari menembakkan Pulsar Cannon tepat pada gadis berambut biru muda itu, gadis itu dengan cepat menggerakkan perisainya untuk menutupi tubuhnya. Magenta terkejut melihat energi yang ditembakkan Pulsar Weapons di tahan dengan sebuah perisai.

    Gadis itu dengan cepat melempar perisai miliknya dan mengeluarkan sebuah senjata besar berwarna merah darah yang digenggam dengan satu tangan. Gadis itu tersenyum dengan 8 sayap berwarna merah darah membentang di belakang tubuhnya.

    “aku sudah katakan, jika kita bertarung tak akan ada yang menang. Pertahanan dan serangan kita terlalu seimbang untuk saling membunuh” ucap Hikari sebelum melompat dari kokpit robotnya.

    “tidak untuk saat ini” gadis berambut biru muda melesat dengan cepat ke arah Hikari, lintasan terbang gadis itu meninggalkan bayangan tipis berwarna merah darah. Hikari mengangkat tangan kanannya untuk menahan serangan yang dilakukan gadis itu.

    “Shiira~ kamu berkata seperti bisa mengalahkanku” Hikari tersenyum senang melihat serangan langsung gadis berambut biru muda itu tertahan pelindung yang dia buat. Magenta terdiam mendengar nama yang dikatakan Hikari, sepertinya dia pernah mendengar nama itu sebelumnya.

    “ya untuk kali ini sepertinya bisa” Shiira menutup sebelah matanya dan mengeluarkan sedikit lidahnya melihat SP milik Hikari habis. Dia membuang senjatanya dan memukul pelindung dengan tangan kiri, pelindung tipis pecah seperti kaca. Pukulan tangan kiri Shiira tepat mengenai perut Hikari.

    “kamu tak pernah berubah, pasti pingsan ketika terserang saat SP habis” Shiira menahan tubuh Hikari yang rubuh ke arahnya. “Mixtli, tolong bawa istirahatkan Hikari di Fort, aku akan menguruh orang itu” Shiira menatap tajam ke arah Magenta, dengan tatapan penuh dendam.

    Cahaya terang menyelimuti gadis berambut merah dan Hikari yang mulai hilang perlahan. “aku tak mengerti kenapa Ane memilihmu ? tapi jika kamu tidak berguna lebih baik aku membunuhmu sekarang” Shiira mengambil senjata berwarna merah darahnya yang tertancap tak begitu jauh darinya.

    “kenapa kalian memburuku ? sepertinya aku tidak pernah bertemu kalian sebelumnya” Magenta membalas perkataan gadis itu tanpa takut sedikitpun “dan siapa kalian dan orang bernama Ane yang sering kalian sebut ?”

    “kami Lotus, dan orang bernama Ane bisa dibilang Leadernya” Shiira mengibas-ngibaskan pedangnya yang meninggalkan bayangan merah di udara “sepertinya kamu orang yang banyak omong, aku ingin tahu apa kemampuanmu sebanding dengan ucapanmu”

    “karena kau yang memintanya, akan kulakukan” Magenta menaikan statusnya untuk menggunakan Blood Axe level 500. Kapak merah besar yang memiliki 2 sisi tajam dengan cahaya merah darah yang menyala pada sisi tajam kapak, gagang kapak sepanjang 2 meter. “dengan gagang sepanjang 2 meter jarak tebasku hanya 2 meter lebih sedikit” ucap Magenta dalam hati.

    Magenta berlari dengan Blood Axe di tangan kanannya, dia melakukan tebasan ke kanan dengan cepat. Shiira menghindari serangan dengan sempurna, Magenta melakukan tebasan bertubi-tubi dengan tenang. Shiira kembali menghindari seluruh serangan dengan sempurna “walaupun dia tahu perbedaan level yang jauh, tapi dia masih bisa tenang melawanku” ucapnya dalam hati.

    Shiira memutar badannya dengan cepat sambil menebaskan pedangnya. Magenta memutar Blood Axe dan menahan serangan Shiira dengan gagangnya. Magenta menundukkan badannya dengan cepat diikuti tebasan langsung ke perut Shiira, gadis itu memukul permukaan kapak Magenta. “lumayan, tapi itu tidak cukup” Shiira menahan pergerakan kapak Magenta.

    Magenta kembali menundukkan badannya dan melakukan putaran penuh ke arah sebaliknya. Shiira menancapkan pedang merahnya pada tanah dan menutup kedua matanya. Kapak besar dengan cepat menghantam pedang merah yang menancap di samping kanan Shiira. Magenta kehilangan keseimbangan badannya akibat kapaknya yang hancur bertumbukan pedang milik Shiira. Gadis berambut biru muda itu membuka matanya, bola matanya yang berwarna biru terlihat berkilau terkena cahaya yang menembus awan “aku akhiri di sini, tidurlah~” Max memukul leher belakang Magenta cukup keras. Magenta mulai kehilangan kesadarannya dan jatuh perlahan.


    `°•.¸¸.•°``°•.¸¸.•°``°•.¸¸.•°``°•.¸¸.•°`


    Ruangan yang cukup gelap dengan penerangan beberapa lampu berwarna kuning yang menempel pada dinding berlapis wallpaper berwarna cokelat. Seorang lelaki berambut hitam terbaring di atas ranjang berlapis bed cover berwarna cokelat tua.

    Seorang gadis berambut merah duduk pada kursi busa yang berbentuk kotak sambil memegang tangan lelaki berambut merah yang duduk di sofa yang ada di samping kirinya, “sepertinya kamu memukulnya terlalu kencang” keluh gadis itu.

    “sepertinya tidak, seharusnya dia sudah mulai sadar sekarang” lelaki itu menopang kepalanya dengan tangan kirinya sambil melihat ke arah lelaki berambut hitam yang terbaring di ranjang.

    Lelaki berambut hitam mulai membuka matanya dan bangkit dari tidurnya, dia melihat ruangan yang ditempatinya tempat yang asing baginya. Dia melihat lelaki dan gadis berambut merah yang duduk di sudut ruangan dekat dengan sebuah jendela untuk menuju balkon, mereka Mix dan Max yang sebelumnya bertarung dengan Hikari.

    “Magenta” seorang gadis yang memiliki bola mata kiri berwarna kuning dan kanan berwarna merah mendekatinya bersama gadis berambut biru muda bernama Shiira, lelaki berambut hitam panjang yang mengenakan pakaian serba hitam dan gadis berambut cokelat panjang yang membawa semacam tablet PC berukuran 14 inci.

    “Lotus ?”

    “itu nama guild dan perusahaan kami” jawab gadis berbola mata heterochromia “dan namaku . . .”

    to be continue . . . .

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan