• Posted by : Unknown Kamis, 18 Oktober 2012


    Lucia menjauh dari sosok berjubah hitam yang sedang berdiri melihat kearah Leon dan Iris.  Leon melebarkan kuda-kudanya untuk menyerang sosok berjubah hitam itu dengan kekuatan penuh. “Iris, kunci orang itu dan keluarkan semua sihir yang kau punya. Tapi
    kita gunakan level menengah dulu” muka Leon yang bersiap menyerang terlihat sangat serius.

    “baiklah, aku mengerti” dari tangan kanan Iris terbentuk cahaya putih yang perlahan-lahan redup dan muncul sebuah tongkat putih yang cukup panjang. “holy chain, S2, ice berg” ucap Iris dengan cepat sambil mengarahkan tongkatnya kearah sosok berjubah hitam itu.

    Tangan yang terbuat dari tanah melilit sosok berjubah hitam itu dan mengerak dengan cepat, 4 tiang putih yang sudah berdiri kokoh mengeluarkan rantai-rantai putih yang membantu menahan pergerakan sosok itu. Air yang keluar dari daerah yang dipijak oleh sosok itu membekukan tubuh sosok berjubah hitam itu.

    “Iris, lakukan sekarang” teriak Leon yang sudah mengeluarkan pedang transparan miliknya. Leon menebaskan pedangnya bertubi-tubi diudara, Iris melihat gelombang-gelombang yang sangat kuat dan tajam yang dihasilkan oleh tebasan Leon.


    “expert packet” ucap Iris sambil memejamkan matanya perlahan. Serangan sihir dengan berbagai elemen kecuali elemen dark bergantian menyerbu sosok berjubah hitam yang tidak dapat bergerak sedikitpun. Dinding tanah yang menghimpit, api yang membakar dinding tanah hingga membara, angin yang bertiup kencang membuah suhu dinding yang terbakar semakin panas, petir yang menyambar membuat dinding menjadi potongan yang lebih kecil untuk mengubur sosok berjubah hitam itu.

    Serangan bertubi-tubi yang dikeluarkan Leon menghancurkan semua yang berada didepannya seperti pisau tipis yang sangat tajam. Serangan ganas mereka membuat debu dan asap yang mengebul sangat pekat, tapi mereka tetap melanjutkan serangan.

    Iris menghentikan serangannya, dia menundukkan kepalanya dan terlihat terengah-engah. Dia menyapu dahinya yang mengeluarkan keringat dingin. Leon menghentikan serangannya dan melihat ke arah Iris “apa kau baik-baik saja ?”.

    Iris tersenyum lembut pada Leon “yah, aku hanya butuh sedikit jeda”. Iris melihat kembali kearah debu dan asap yang masih pekat didepannya. Sebuah bayangan pedang setinggi 2 meter terlihat dibalik debu dan asap yang mulai pudar, bentuk bayangan itu semakin jelas. Pedang besar berwarna hitam yang transparan tertancap ditanah, Iris dan Leon tidak mengetahui sejak kapan ada pedang disana.

    Leon melihat sosok berjubah hitam mengangkat tangan kanannya, dia melihat tempat berpijaknya terbentuk lubang hitam. Leon menarik Iris keatas untuk menghindar sambil melihat kearah sosok berjubah hitam itu, dia melihat bibir sosok itu berkata two element judge : Kurayaminonakade hikari.

    Leon melihat kearah langit yang tiba-tiba menjadi gelap dan muncul lingkaran dengan simbol-simbol yang berputar didalam lingkaran berdiameter 300 meter yang terlukis dilangit. Leon melihat bibir sosok hitam itu mengucapkan forbidden drop, cahaya putih yang sangat terang dengan kilatan-kilatan hitam yang bergerak dalam cahaya tersebut. Seluruh penonton yang melihat hanya terdiam melihat serangan yang dikeluarkan sosok berjubah hitam itu hanya berjarak beberapa meter diatas kepala mereka.

    Leon mengangkat kedua tangannya sambil berkata “UP STREAM”, Iris melihat kearah Leon yang hampir seluruh rambutnya berwarna abu-abu. dia menggunakan kekuatan secara penuh, terlihat dari rambutnya yang berubah total menjadi abu-abu pikir Iris dalam hatinya.

    "Iris, serang orang itu sekarang !! kita hanya bisa menyerang saat dia sedang lengah !!" teriak Leon pada Iris yang masih terdiam. Gadis itu akhirnya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Leon melihat sosok berjubah hitam yang menjadi musuhnya mengucapkan two element judge : S-Cross, dua cahaya putih berbentuk silang dengan kilatan-kilatan hitam yang bergerak didalamnya bergerak dengan cepat kearah Iris.

    Leon mengarahkan tangannya kearah serangan lain yang menuju kearah Iris "gunakan sihir lightmu untuk menyerangnya, biarkan aku yang menahan serangan ini". Leon terkejut melihat sosok berjubah hitam itu mengangkat pedang hitam itu dan bersiap menebas. bagaimana orang itu melakukannya, serang sihirnya masih berjalan tapi dia dapat bergerak dengan bebas pikir Leon dalam hatinya.

    "DARKNESS SLICE !!" tebasan yang berbentuk seperti bulan sabit yang berwarna hitam mengarah keruang kosong diantara 2 S-Cross sebelumnya. Pelindung yang digunakan untuk menahan 2 S-Cross itu pecah dan membuat Leon kehilangan konsentrasinya. Ketinggian Leon yang menahan serangan pertama sosok berjubah itu berkurang perlahan. Iris hanya terdiam, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

    Mereka berdua dengan cepat tertarik kebawah dengan cepat oleh tangan-tangan hitam yang menarik kaki mereka. Mereka memejamkan matanya beberapa detik tapi serangan sosok berjubah hitam itu hilang tak berbekas seperti hanya ilusi, tapi kaki mereka masih tertahan oleh tangan-tangan hitam.

    "M-2 !!" teriak sosok berjubah hitam itu yang membuat Rhea dan pengguna sihir meteor lainnya terkejut.

    "Rhea, kenapa kau begitu terkejut ?" tanya Ariana yang masih terlihat santai sambil mengangkat kedua kakinya diatas meja

    "itu sihir akhir dari meteor, bahkan sampai saat ini aku belum bisa menggunakannya. sihir itu sangat rumit dan susah dilakukan" ucap Rhea yang sedikit bergetar

    "tapi dilihat dari meteor yang jatuh lebih kecil dari milikmu" ucap Ariana dengan santai sambil menunjuk meteor yang menuju arena pertandingan

    "lebih baik kau lihat saja" ucap Rhea sambil mengepalkan tangannya diatas pahanya

    "Ariana, sebenarnya siapa orang itu ? aku mencoba menyentuh serangan pertamanya dengan holy shield tetap hancur" Etro menunjukkan tangan kanannya yang seharusnya dilindungi sarung tangan baja terkena luka bakar yang serius

    "aku tidak tahu, tapi jika dilihat dari pola serangannya. dia mirip seseorang" ucap Ariana serius, para juri lain yang mendengarnya menganggukkan kepalanya "saat pertandingan berakhir, aku akan bertanya langsung padanya dan kalian lebih baik tidak ikut"

    Lucia tiba-tiba mengeluarkan sayap putih dan terbang tanpa dia sadari. "apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba aku bergerak dengan sendirinya" teriak Lucia yang sudah terbang setinggi 5 meter

    Meteor yang berdiameter 20 meter mulai mendekati arena pertandingan. Para penonton mulai bertanya pada orang yang berada disampingnya kenapa meteor ini mengeluarkan panas yang berbeda.

    Leon mengambil pedangnya dan memukulnya ke tanah, tangan-tangan yang menahan gerak mereka hancur. "Iris, pergi menjauh. selamatkan dirimu" ucap Leon sambil melebarkan kakinya untuk membentuk kuda-kuda yang kuat. Iris terbang menjauh sesuai yang diperintahkan Leon.

    "zero gravity" Leon mengarahkan tangan kearah meteor itu, dia percaya dapat menghentikan gerakan meteor dengan sihir yang dia punya. Pijakannya mulai terdorong mundur sedikit demi sedikit dan pergerakan meteor tidak berubah sedikitpun. Dia melompat menjauh dari tempat jatuhnya meteor.

    Meteor yang bertubrukan dengan arena pertandingan mengakibatkan guncangan yang sangat kuat, dari meteor keluar magma yang dengan cepat membanjiri arena pertandingan itu. Seluruh orang yang melihat hal itu termasuk Ariana yang terlihat sangat santai terkejut dengan apa yang dilihatnya.

    Sosok berjubah hitam itu tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri, magma yang membanjiri arena mulai menggelamkannya. Dia terlihat tidak peduli pada apa yang akan membakar tubuhnya dengan cepat. Leon melihat magma yang keluar mulai mengeras dan meninggalkan tanah yang sangat tebal.

    MAGENTA EDGE ! !

    Cahaya ungu tiba-tiba muncul dari balik magma yang sudah mengeras, Leon yang lengah terkena serangan itu jatuh perlahan. Iris memeluk Leon yang tak sadarkan diri dengan luka yang tak mungkin dia sembuhkan.

    Lucia melihat kearah sosok berjubah hitam yang masih berdiri tanpa bergeser sedikitpun, Dia melihat sosok berjubah hitam itu mengambil pedangnya yang terkubur dalam magma yang mengeras. Sosok berjubah hitam itu terlihat akan mengeluarkan sihir selanjutnya, Lucia berteriak dengan keras "HENTIKAANNN ! !"

    Sosok bejubah hitam itu membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu keluar. Lucia terkejut melihat cahaya putih yang tiba-tiba muncul dari langit yang mengarah kearah Iris dan Leon. Tiba-tiba Lucia dapat menggerakkan tubuhnya dan mendekati Iris dan Leon. Iris terlihat tak sadarkan diri dan Leon yang tertidur tanpa luka sedikitpun.

    Sosok berjubah hitam tersenyum memasuki lorong sambil berkata "good night . . ."

    Lucia mengejar sosok berjubah hitam itu memasuki lorong, dia melihat sosok itu yang masih berjalan dengan santai dengan pedang transparan ditangan kanannya. "berhenti !!" teriak Lucia.

    Sosok berjubah hitam itu menengokkan kepalanya kebelakang sambil tersenyum dan kembali berjalan menelusuri lorong. "hey kau, berhenti sekarang !!" terdengar suara lain yang berteriak di lorong.

    "aku tidak ada punya masalah denganmu, Ariana" ucap sosok berjubah hitam sambil membalikkan badannya beberapa saat sebelum kembali berjalan menelusuri lorong.

    "Frezzing Air" teriak Ariana sambil mengarahkan tangan kanannya kearah sosok berjubah hitam itu. "eh ?!" Ariana sedikit terkejut ketika sosok yang berada dihadapannya pingsan.

    Lucia mendekati sosok berjubah hitam yang terbaring lemas ditanah, dia melihat topeng silver yang menutupi daerah disekitar matanya dan rambut abu-abunya yang terlihat terang. Lucia mengerakkan tangannya perlahan mendekati  topeng silver yang digunakan sosok itu.

    Seorang gadis berambut merah darah dengan mata merah yang mengenakan kaos merah dengan coat panjang berwarna coklat muda berdiri didepan Lucia. “Selamat tinggal Lucia, Ariana” ucap gadis yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka.

    Muncul air yang berkobar melenyapkan tubuh gadis itu dan lelaki berjubah hitam yang tergeletak ditanah. Ariana mengepalkan tangannya dan berteriak “sial !”

    “Ariana apa kau mengenal gadis itu ?” Lucia berdiri mendekati Ariana sambil membawa pedang sosok berjubah hitam itu

    “dia, dea ignis et aquae” ucap Ariana sambil menundukkan kepalanya “aku beberapa kali sempat melihatnya didunia bawah”

    “hey, apa kalian baik-baik saja ?!” teriak Sky yang berlari mendekati mereka. Dia melihat pedang hitam yang digunakan oleh sosok berjubah hitam dibawa oleh Lucia. “boleh aku meminjamnya” lelaki berbola mata rare purple itu dengan cepat mengambil pedang hitam transparan itu.

    CLINKK . . .

    Lelaki berbola mata rare purple itu melemparkan pedang hitam itu karena tiba-tiba menyambar seluruh tubuhnya dengan listrik. “senjata apa itu ? kenapa bisa mengeluarkan listrik ?!” teriak Sky yang terduduk ditanah setelah terpental tersambar listrik dari pedang itu.

    Ariana mengambil pedang hitam yang tergelatak ditanah sambil memejamkan salah satu matanya, hah ? tidak terjadi apa-apa ucap Ariana dalam hati sambil melihat tangannya yang menyentuh pedang hitam itu. Ariana mengangkat pedang hitam itu “Sky, aku akan memberikan suatu pedang untukmu. Tapi aku hanya memberikannya jika kau bisa menggunakannya, apa kau mau ?”

    “ya, boleh saja. Cepat keluarkan sekarang, aku ingin lihat pedang itu” ucap Sky sambil mendekati Ariana

    “Lucia, keluarkan sword breaker dan tunjukan kemampuan senjata itu” Lucia yang mendengar perkataan Ariana dengan cepat mengeluarkan pedang besar berwarna keemasan dengan gerigi diseluruh tepi pedang. Lucia melihat sesuatu lubang ditengah pedang yang sebelumnya tidak ada,sepertinya ini tempat tangan untuk menahan ucapnya dalam hati.

    “Lucia . . Lucia . .” ucap Ariana melihat gadis berambut hitam panjang disampingnya terdiam cukup lama “gunakan pedang itu sekarang”. Lucia menganggukkan kepalanya dan dengan cepat mengalirkan listrik disenjata yang berwarna keemasan itu, seluruh gerigi yang berada ditepi pedang bergerak dengan cepat. Lucia menebaskannya dengan satu tangan dari kiri kekanan untuk menebas dinding lorong disisi kanannya.

    Suara keras batu yang bergesek dengan tepi pedang menggema, tebasan Lucia membekaskan kerusakan yang sangat parah pada dinding lorong. Lucia mendekatkan gagang pedang ke tangan Sky yang berdiri tak jauh darinya “sekarang, giliranmu untuk mencobanya”

    “baiklah” Sky mengambil pedang yang diberikan oleh Lucia. Tubuhnya kembali tersambar listrik yang dikeluarkan oleh pedang tersebut, dia melempar pedang itu saat terpental diudara.

    “Lucia, seperti yang ku perkirakan. Senjata itu miliknya” ucap Ariana sangat yakin, Lucia yang mendengar kata-kata Ariana menganggukkan kepalanya tanda mengerti “tapi, bagaimana lelaki berambut abu-abu tadi dapat menggunakannya ?”

    Ariana berjalan menelusuri lorong diikuti oleh Lucia yang sedang menyimpan kedua pedang itu didimensi yang diciptakan oleh sihir dark Len. “hey, kejamya kalian membiarkanku seperti ini” ucap Sky yang masih terbaring melihat kedua gadis itu berjalan meninggalkannya.


    ▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/


    Awan-awan hitam menutupi langit matahari pagi, seorang gadis berambut hitam duduk ditanah yang ditutupi bebatuan putih. Pohon-pohon sakura yang bermekaran diarea itu menambah keindahan tempat itu. Gadis itu melihat kearah melihat kearah danau yang memantulkan keadaan langit  yang ditutupi oleh awan hitam.

    Gadis itu melipat kedua kakinya didepan tubuhnya dan menggunakannya untuk menopang kepalanya. Dia mengingat saat-saat yang dia lewati bersama dengan Len.

    Pemandangan langit yang berwarna merah muda disaat matahari terbenam dari Lunatic coridor terlihat lebih indah dan menyenangkan saat aku duduk bersama lelaki berambut coklat tua yang memiliki bola mata merah.

    Dia memang selalu terlihat kejam dan memasang tampang dingin ketika melawan musuhnya. tapi ketika dia bersamaku, dia selalu memelukku dengan lembut dan tersenyum lepas tanpa beban sedikitpun.

    Air matanya tanpa sadar telah menuruni pipinya, air matanya tetap mengalir perlahan walaupun dia mencoba menahannya.

    aku tahu aku harus melanjutkan hidupku . . .

    tapi hidupku hampa tanpamu . . .

    aku tak tahu apa aku bisa bertahan dengan semua ini . . .

    aku sadar luka dan perih ini . . .

    aku ingin menangis . . .

    dan berteriak sekuat yang ku bisa . . .

    tapi aku sadar . . .

    semua itu tak akan mengubah apapun . . .

    karena semua itu tidak dapat mengembalikanmu ke dunia ini . . .

    Lucia menundukkan kepalanya dengan air mata yang membanjiri pipinya yang memerah. Suara langkah kaki terdengar mendekat, gadis berambut hitam sepinggang yang memiliki bola mata biru yang memakai kaos putih dan celana hitam yang dipadukan dengan boots hitam dan coat panjang berdiri dibelakang Lucia.

    "Lucia, apa kau tidak pulang sejak kemarin ?" ucap gadis berbola mata biru itu hanya hanya dijawab anggukan kepala

    "aku tahu rasanya kehilangan orang yang berharga dalam hidup, ini kali kedua bagiku kehilangan orang yang penting dalam hidupku" ucap gadis berbola mata biru itu sambil memeluk tubuh Lucia yang dingin "aku ingin jika kamu juga pergi karena kejadian ini, karena hanya kamu yang menjadi alasan hidupku sekarang. aku akan melindungimu dengan seluruh kemampuanku"

    Lucia tersenyum lemah kearah gadis berambut hitam yang memiliki bola mata biru yang sedang memeluknya. Sepintas kedua gadis itu seperti saudara kandung, mereka memiliki warna rambut dan bola mata yang sama.

    Gadis berambut hitam itu mempererat pelukkannya untuk menghangatkan tubuh Lucia yang dingin sebelum dia terkena demam. “Lucia, walau Len telah pergi. Aku takkan membiarkanmu sendiri” ucap gadis itu perlahan.


    to be continue . . .

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan