• Posted by : Unknown Rabu, 21 November 2012


    Seorang gadis terlihat sedang menenangkan gadis berambut hitam panjang yang masih menangis di dalam pelukkannya. Gadis itu memalingkan pandangannya dari gadis berambut hitam yang ada dalam pelukkannya untuk melihat pemandangan danau yang ditumbuhi pohon sakura di sekitarnya sambil memikirkan adakah yang bisa dia katakan untuk menenangkannya.

    Terdengar suara langkah kaki dan suara besi bergesek dari belakang gadis itu. Gadis yang sedang melihat ke arah danau sebelumnya menengokkan kepalanya ke arah sumber suara itu. Dia melihat pria berpakaian baju zira putih dengan coat putih dan di sampingnya lelaki bermata rare purple melihat ke arah gadis yang berada di hadapannya.

    "Ariana, Lucia . . ." pria berpakaian zira putih itu membuang napasnya perlahan sebelum melanjutkan kata-katanya "makhluk-makhluk titan yang disegel dengan 7 element berhasil melepaskan diri, karena element dark yang tidak stabil setelah Len meninggal"

    Lucia menyapu air matanya dan berdiri melihat ke arah pria berpakaian zira putih itu "mari kita akhiri sekarang, siapkan semua orang. kita tidak akan menyegelnya kembali, tapi melenyapkan semuanya"


    "kita butuh semuanya, panggil semua limiter, healer dan striker terbaik yang berada di luar Caelum" ucap Ariana menambahkan instruksi Lucia

    "limiter ? apa itu ?" ucap Sky sambil menggaruk-garukkan kepala, dari expresi mukanya terlihat bingung

    "itu sebutan bagi para spell user yang memiliki kemampuan untuk menghentikan atau memperlambat gerakan musuh" ucap Etro sambil melihat kearah Sky

    "Lucia, Ariana. aku akan mempersiapkan yang kalian perintahkan, dan untuk perencanaan strategi setengah jam dari sekarang" ucap Etro yang tubuhnya perlahan hancur menjadi bulatan-bulatan cahaya

    "lebih baik kalian juga bersiap, ini mungkin akan menjadi pertempuran yang panjang" ucap Sky sambil melihat pemandangan sekitar yang menenangkan pikiran


    ▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/


    Ruangan yang gelap dengan hanya satu sumber cahaya yang menerangi ruangan tersebut yaitu dari satu-satunya jendela yang terdapat pada ruangan itu, seorang gadis berambut merah darah membuka pintu ruangan itu. “hey, apa kau tidak lelah seperti itu terus ?” ucap gadis itu ke dalam ruangan yang gelap itu.

    Sudut ruangan yang gelap terlihat mata merah terang seperti menyala dalam kegelapan. “aku tidak lelah, aku hanya menunggu jika waktunya sudah tepat” suara parau terdengar dari sudut ruangan.

    “kalau seperti itu, aku membawa kabar baik untukmu. Karena waktunya sudah sudah tiba, kalian akan berkumpul lagi” ucap gadis berambut merah darah sambil menggeleng-gelengkan kepala perlahan.

    “apa maksudmu ? bagaimana bisa secepat ini ?” seseorang bangkit dan berdiri di depan jendela yang tak begitu jauh dari posisinya sebelumnya

    “aku bingung padamu, kau menunggu waktunya tiba tapi setelah aku beri tahu bahwa waktunya sekarang kau malah bertanya kenapa begitu cepat ?” gadis itu mengibaskan rambutnya yang berwarna merah darah dan berjalan menuju sosok yang berdiri di depan jendela

    “aku hanya bingung apa yang terjadi ? apa ada hal buruk yang terjadi ?” rambut sosok itu terlihat mengkilap terkena cahaya yang masuk dari jendela di belakangnya

    “sesuatu yang buruk baru saja akan dimulai” gadis itu merentangkan kedua tangannya di antara leher orang yang berada di hadapannya dan mendekat wajahnya dengan wajah orang itu “dan mungkin setelah ini kau akan mati”

    “apa hal ini berkaitan dengan ramalan yang sudah terlukiskan beratus tahun yang lalu ?” tanya sosok itu sambil melirik ke arah gadis

    “ya, semua ini sesuai dengan ramalan yang terlukiskan. Kau tidak bisa lari dari hal ini, kau pasti akan menggunakan cara itu” gadis itu menatap ke dalam mata sosok itu

    “aku mengerti” sosok itu memalingkan pandangannya dan membuang napasnya perlahan “tapi setidaknya aku bisa melihatnya untuk terakhir kalinya”

    “bersiaplah . . .” gadis berambut merah darah itu meninggalkan sosok yang berdiri di depan jendela ruangan itu


    ▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/▔□▔)/


    Seorang gadis berambut hitam panjang melebih pinggangnya menatap karah langit hitam dengan mata birunya yang indah. Dia merasakan angin yang berhembus kencang mendorong tubuhnya. Sosok-sosok titan yang besar terlihat 5 km darinya. Ariana memegang pundak kanan gadis itu “aku sudah siap, bagaimana denganmu ?”

    “aku berharap ini tak begitu sulit walaupun tanpa dia” gadis itu melihat ke arah Ariana dengan mata yang masih berkaca-kaca

    “kuatkan dirimu Lucia, walaupun ini akan menjadi pertempuran yang panjang aku yakin kita akan menang” Etro tersenyum ke arah Lucia dengan ratusan pasukan yang berbaris rapi dibelakangnya

    Lucia berbalik mengeluarkan elemen tanah untuk membuat panggung setinggi setengah meter. Lucia menghadap ratusan pasukan yang telah bersiap untuk pertempuran “para striker dan pengguna sihir tanah dan angin ikuti aku, Ariana dan Etro dibarisan terdepan” ucap Lucia dengan keras sambil menunjuk ke arah Ariana dan Etro yang berdiri disamping kanan dan kirinya.

    “untuk limiter dan pengguna sihir tipe api, air dan petir, kalian akan dipimpin oleh Volta dan Kami. Mohon ikuti petunjuk mereka” Lucia menunjuk ke arah Kami dan Volta yang berdiri disamping kanannya

    “dan yang terakhir untuk healer dan pengguna tipe Light kalian ikuti semua yang dikatakan oleh Rhea dan Minerva” Lucia menunjuk ke arah Rhea dan Minerva yang berdiri disamping kirinya

    Etro berjalan mengalihkan perhatian pasukan ke arahnya, Lucia membalikkan tubuhnya dan memegang lehernya karena suaranya yang mulai serak “baik, sekarang mulai atur formasi. Ikuti pemimpin kalian masing–masing, bubar !!” teriak Etro mengambil alih komando

    Pasukan dibelakang Lucia bubar dengan cepat atas perintah yang diberikan oleh Etro. Ariana mendekati Lucia yang masih memegang lehernya.  “minumlah . . .” ucap Ariana sambil memberikan gelas yang terbuat dari es dengan cairan yang sangat jernih didalamnya

    Lucia mengambil gelas itu dan meminumnya dengan cepat “terima kasih Ariana” ucap Lucia sambil tersenyum

    Lucia melihat ke arah Ariana yang terlihat serius memandang ke arah depan. Sosok-sosok titan mulai terlihat hanya beberapa km dari tempatnya duduk. Suara langkah sepatu yang terbuat dari baja terdengar di belakang mereka, sosok pria tua berambut cokelat muda berdiri dibelakang mereka “kita akan menyerang saat kau siap” ucap pria itu dengan tegas

    “ah, baiklah” Lucia membalikkan badannya dengan sayap keemasan yang sudah terbuka lebar dipunggungnya, dia tersenyum pada pria tua itu untuk menunjukkan bahwa dia siap

    Pria tua itu menarik pedang putihnya dari perisai dan mengarahkannya ke langit sambil membalikkan badannya ke arah pasukan yang telah bersiap dihadapannya “semua posisi bergerak !!” teriak pria itu

    Lucia dengan cepat melompat ke udara dan mengepakkan sayapnya yang berwarna keemasan. Ariana yang melihat semangat Lucia memanggil naga birunya dan terbang mengikutinya. “sial, mereka meninggalkanku sendiri” keluh Sky sambil berjalan disamping Etro

    “Etro, apa selalu seperti ini ?” Sky memejamkan matanya dan berjalan dengan santai seperti tidak ada beban yang harus dikerjakan

    “ah, maksudmu mereka ?” tanya Etro sambil menunjuk ke arah Ariana dan Lucia yang terbang dilangit “Ariana, Lucia dan dulu saat Len masih hidup mereka selalu melakukan hal seperti itu dan menyerang musuh terlebih dahulu sebelum pasukan pada formasi terdepan. Tapi cari itu memang efektif, karena kekuatan musuh sudah menurun akibat serangan yang mereka buat”

    Lucia menunjuk ke arah titan setinggi 15 meter yang membawa pedang besar di tangan kanannya di barisan terdepan “aku akan mencoba melawan yang itu, untuk titan lain yang lebih kecil serangkan pada Etro. Lebih baik kamu cari titan yang berelemen air atau angin untuk dibekukan”

    Ariana dengan cepat terbang rendah untuk mencari musuh yang bisa dia bekukan. “lebih baik aku mulai mengalahkan titan-titan di barisan depan sebelum mereka yang tingginya hampir 100 meter ikut bergerak untuk menyerang” ucap Lucia sambil mengeluarkan pedang putih tipis keemasannya. “Release !” pedang putih tipis itu bersinar dan berubah bentuk menjadi pedang yang lebih besar.

    diameter leher 2 meter, dengan tambahan elemen Light, petir dan angin aku yakin memutuskan lehernya dalam sekali serang” cahaya putih yang bercampur dengan angin yang mengandung aliran listrik bertegangan tinggi yang memancarkan cahaya-cahaya keunguan.

    Lucia terbang dengan cepat ke arah titan yang menjadi targetnya. Dia menebaskan pedangnya sangat datar hingga tanpa kemiringan sedikitpun. “sial, kenapa makhluk itu bisa menghindarinya ?!” ucap Lucia melihat serangannya tidak dapat memotong hingga saluran bernapas atau darah makhluk itu


    LUCIA AWAS !!


    Gadis berambut hitam panjang itu melihat ke arah sumber cahaya, dia dengan cepat memutar pedangnya dan melakukan tebasan penuh dengan kedua tangannya. Dia menahan pukulan palu yang sangat besar yang dikeluarkan oleh titan lain didekatnya.

    Etro dan Sky yang masih bertarung di darat melihat ke arah muncul suara keras yang ditimbulkan oleh Lucia yang menahan palu yang diameternya 2 kali tinggi tubuhnya. Percikkan yang terbentuk seperti hujan api bagi para pasukan dan titan yang bertempur dibawah mereka.


    LUCIA !!!


    Etro dan Sky yang melihatnya berteriak kembali bersama Ariana ke arahnya. Dia memalingkan pandangannya dari besi berbentuk kotak besar yang menutupi pemandangannya. Sebuah kepalan tangan hitam yang sangat besar mengarah ke arahnya.

    Ariana terbang dengan cepat ke arah Lucia untuk menyelamatkannya, bayangan hitam tiba-tiba muncul dari debu-debu yang mengepul di udara. Titan yang berkepala domba tiba-tiba melompat ke udara dan memukul naga yang dinaikinnya dengan keras.

    “Ariana !!” teriak Sky sambil berlari secepat mungkin untuk menangkap di tempat dimana Ariana akan jatuh. Pria berambut cokelat muda melenyapkan perisai dan pedang putih yang dia genggam dalam cahaya-cahaya putih kecil seperti ratusan kunang-kunang menempel pada senjatanya.

    “ku harap ini masih sempat, MELEDAKLAH !!” teriak pria berambut cokelat muda itu sambil memukulkan palu besar yang digenggamnya. Ledakan yang sangat keras melontarkan pria itu dengan cepat ke udara. “HWAAAAA!!!” teriak pria itu dengan palu yang bermuatan listrik yang sudah meluncur ke arah lengan titan yang akan memukul Lucia.

    Makhluk besar yang terpukul oleh pria itu terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri, dia melihat ke arah Lucia. “Sial, aku terlambat” ucap pria itu sambil memegang erat senjatanya.

    Tubuh Lucia meluncur tanpa bergerak sedikitpun di udara, gadis itu kehilangan kesadarannya. Pedang yang terlepas dari tangannya berputar bebas di udara dengan memancarkan warna yang berkilauan. Sky yang berlari ke arah Ariana menundukkan kepalanya karena tidak bisa menangkap gadis itu tepat waktu.


    BLARRR!!!


    Suara ledakan terdengar dari tempat jatuhnya Ariana, Lucia dan pedang yang berkilau yang digunakan oleh Lucia, debu menutupi pandangan tempat jatuh Ariana dan Lucia. Etro dan Sky berlari dengan cepat ke tempat mereka jatuh.

    Sky menerobos ke dalam debu yang terangkat saat Ariana jatuh, dia terkejut tidak melihat tubuh Ariana disana. Dia dengan cepat mengarahkan pandangannya sambil melihat ke arah Etro yang masih melihat ke arah tempat Lucia jatuh yang masih tertutup debu sambil berlari.

    Pria berambut cokelat muda itu terkejut melihat beberapa bayangan hitam mulai terlihat saat debu mulai menipis, dia melihat kilatan-kilatan cahaya putih yang mungkin berasal dari pantulan cahaya yang mengenai pedang.

    Seorang pria berpakaian kaos, celana dan coat berwarna emas berdiri diantara 13 senjata dengan bentuk yang berbeda. Rambutnya yang berwarna emas mengkilap terkena cahaya, saat dia membuka matanya terlihat bola matanya yang berwarna emas. Rhea berjalan perlahan ke arah pria yang berpakaian serba emas itu “kakek ? aku pikir kau telah meninggal setelah ayah memberi kepercayaan untuk melanjutkan Aurum Caelum. Ayah tak pernah mengatakan apa-apa tentang kakek” ucap Rhea tak percaya

    “ya, aku Caelum. Salah satu dari pendiri Aurum Caelum yang ada di sini” ucap pria yang berpakaian emas itu dengan santai

    Pria berambut putih panjang yang memakai pakaian zira yang berwarna hitam dengan garis emas-emas yang menghiasi pakaian yang dia kenakan. Sebuah sabit berukuran sangat besar berwarna hitam menempel pada punggungnya.  “SKEITH ?! pahlawan yang pernah memusnahkan satu clan En Vryn seribu tahun yang lalu” teriak Etro secara spontan melihat sosok yang sesuai dengan apa yang digambarkan dalam buku sejarah yang pernah dia baca.

    “Kaze ? apa kita begitu terkenal ?’ tanya pria yang dipanggil Etro dengan nama Skeith kepada pria berpakaian serba hitam, mulutnya tertutup seperti kain yang membungkus dari hidup hingga pinggangnya dan bagian tubuh bawahnya mengenakan halaman hitam. Kaki pria berambut hitam panjang yang memiliki bola mata hitam itu selalu mengeluarkan asap hitam tipis.

    “aku tak peduli akan hal itu, aku hanya peduli pada apa yang kita lawan” dia mengarahkan tangan kanannya ke arah titan. Suara keras terdengar, Etro membalikkan badannya dengan cepat. Titan yang memiliki tinggi 20 meter tiba-tiba terjatuh akibat tertusuk pedang hitam besar tepat pada jantungnya.

    Dua sosok yang terlihat duduk sambil melihat ke arah depan dada mereka, lebih tepatnya mereka melihat ke arah Lucia dan Ariana yang masih tak bergerak sedikitpun. “Jupiter” ucap gadis berambut hitam yang memiliki mata berwarna biru kepada gadis berambut merah darah yang menolongnya.

    “ternyata kau sudah sadar Ariana” gadis yang dipanggil dengan nama Jupiter membantunya untuk duduk

    “bagaimana dengan Lucia ?” ucap Ariana sambil memegang kepalanya yang masih pusing

    “dia terkena pukulan langsung, tapi dia selamat” gadis berambut merah itu menunjuk ke arah lelaki berpakaian hitam yang memiliki rambut abu-abu, lelaki itu sedang menggendong tubuh Lucia

    Gadis itu membuka matanya perlahan, dia melihat lelaki berbola mata abu-abu melihat ke dalam matanya yang biru. “siapa kamu ?” tanya gadis itu melihat muka lelaki itu dengan teliti

    “mungkin kamu akan mengenalku jika seperti ini” mata lelaki itu perlahan berubah menjadi berwarna merah, gadis itu menyentuh pipi lelaki itu dengan tangan kirinya

    “apa kamu benar-benar Len ?” lelaki itu memejamkan matanya sambil menggenggam tangan kiri Lucia dengan tangan kanannya “apa yang terjadi padamu sebenarnya ?”

    “aku akan menceritanya jika kau mau menciumku” ucapnya lelaki itu sambil tersenyum kecil. Dia merasakan kecupan yang hangat dibibirnya “aku terkejut kau benar-benar melakukannya”

    “aku sudah lama ingin melakukannya, dan karena kamu memintanya aku melakukannya dengan senang hati” ucap Lucia dengan senyuman yang hangat hingga matanya terpejam

    “ah, baiklah aku akan menjelaskannya. Saat melawan Ezalor tubuh vampirku sudah mencapai batas, tapi aku tetap melawannya hingga mendapatkan tusukan langsung seperti yang terlihat. Lalu Jupiter, maksudku gadis yang berambut merah itu memindahkan nyawaku dari tubuh sebelumnya ke sini” ucap lelaki membalas senyum Lucia

    “ah, sekarang aku mengerti” lelaki berambut abu-abu itu menarik pedang hitam yang ada dipunggungnya dan memutarnya untuk membentuk sisi miring disisi kanannya. Lucia melihat orang yang berada disekitarnya dengan cepat menjauh dari tempatnya berada.


    Srittttt!!!


    Suara gesekan dua benda tajam terdengar sangat keras di telinga Lucia, dia melihat pedang besar seperti meluncur pada lintasan yang sengaja dibuat oleh lelaki dihadapannya untuk menahan serangan itu.

    “ah, akhirnya kau sadar bahwa kita masih dalam pertempuran” lelaki itu tersenyum pada Lucia tanpa menghiraukan percikan api yang keluar akibat gesekan pedangnya

    “mari kita akhiri dengan cepat sayang . . .” gadis itu bangkit dan membuka telapak tangannya disisi kanan tubuhnya. Sebuah benda yang memancarkan 3 cahaya yang berbeda melaju cepat ke arahnya, gadis itu berputar sambil menangkap benda itu dengan tangan kanannya.

    “aku suka semangatmu yang sekarang” lelaki berambut abu-abu itu memeluk Lucia dengan tangan kirinya. Lelaki itu menancapkan pedang hitamnya di tanah dan menjentikkan jarinya dihapadan gadis itu, api hitam dengan cepat membakar makhluk titan yang menyerang ke arah mereka sebelumnya. Lelaki itu melingkarkan lengan kanannya dileher gadis yang dipeluknya “aku kita mulai sekarang, sayang . . .”


    TRUE FORM ATHEMIS !! DUAL BLADE !!


    Bayangan besar berwarna emas dengan empat tangan yang masing-masing menggenggam sebuah senjata. Dua tangan yang mengarah ke bawah dengan pedang putih di tangan kanan dan pedang hitam di tangan yang lain. Dua tangan yang lain memegang tombak yang terbakar api putih dan hitam dengan posisi siap melemparkannya.


    Thousand Lance~


    Lelaki berambut abu-abu dengan gadis berambut hitam yang dipeluknya mengatakan hal yang sama. Bayangan emas melemparkan ke dua tombak yang digenggamnya ke langit. Cahaya terang yang membutakan mata muncul saat ke dua tombak itu meledak di udara, ribuan tombak membuat langit menjadi gelap. Ribuan tombak dengan cepat menghujani hamparan rumput yang luas, dan menusuk semua yang ada didepannya.

    Satu persatu makhluk titan pada barisan terdepan mulai tumbang. Lelaki berambut abu-abu melepaskan pelukannya “sepertinya kita harus mulai mendekati mereka dengan cepat, titan-titan dibarisan terbelakang sepertinya akan melarikan diri saat kita berhasil memusnahkan setengah dari pasukan mereka” ucap lelaki itu sambil menunjuk ke arah beberapa titan yang tingginya mencapai 100 meter.

    “aku mengerti apa yang kamu pikirkan, kita berlari dan shadow dance untuk mencapai barisan terbelakang. Dengan cara itu kita dapat memporak porandakan formasi musuh dan membunuh titan yang ada pada lintasan shadow dance kan ?” raut muka gadis berambut hitam itu terlihat serius

    “baguslah kalau kau sudah mengerti” lelaki mencubit pipi kanan gadis itu dan tersenyum kepadanya

    “AW!! Sakit tau . . .” gadis itu mengelus-elus pipinya yang merah akibat tercubit oleh lelaki yang tersenyum disampingnya

    “AKU DULUAN ! !” lelaki itu mengambil pedang hitamnya yang menancap di tanah dan berlari dengan cepat ke arah titan-titan besar yang seperti duduk menunggu mereka. “shadow dance !!” lelaki itu memutar tubuhnya dengan cepat sambil melakukan tebasan, bayangan hitam tiba-tiba muncul menyelimuti tubuh lelaki itu. bayangan setinggi 3 meter yang menyelimuti lelaki itu melakukan gerakan yang sama dengannya. Semua titan yang tertebas bayangan pedang itu terpotong, lelaki itu melompati tumpukan tubuh titan-titan yang mati akibat tebasannya.

    “ahhh, sial !! dia selalu meninggalkanku” Lucia berlari mengikuti lelaki berambut abu-abu yang ada dihadapannya. Dia melompati tumpukan tubuh titan yang mulai menggunung. Lucia melakukan flip di udara dan memukulkan pedang putih besarnya ke tanah, gelombang kejut tipis melewati titan-titan yang berusaha mendekatinya. Titan-titan itu terhenti dan menyadari tubuh bagian atas dengan bawahnya sudah terpisah.

    Len meletakkan pedangnya hitamnya yang penuh dengan darah diatas pundaknya, dia berjalan ke arah Lucia perlahan. “aku tak menyangka kamu sudah sekuat ini, sayang” Len membersihkan darah yang menodai pipi gadis yang ada dihadapannya

    “sepertinya kalian sangat bersenang-senang” pria berpakaian serba hitam yang selalu mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya mendekati mereka berdua

    “yah, seperti yang kau lakukan Kaze. Lihat apa yang kau tinggalkan” Len melihat ke arah genangan-genangan darah yang menghiasi padang rerumputan yang sebelumnya sangat hijau dan subur “kau menumpahkan semua darah titan pada kubangan-kubangan yang kau buat”

    Cahaya putih terang terlihat dari 5 pedang yang tiba-tiba berputar di dekat mereka, pria berpakaian serba emas muncul diantara mereka “aku bingung pada kalian, sempat-sempatnya kalian berbincang-bincang saat seperti ini”

    Sesosok titan yang cukup besar tiba-tiba meluncur dengan cepat dihadapan mereka, dengan spontan ke empat orang itu melihat ke arah datangnya titan yang meluncur ke arah mereka. Sosok hitam dengan reaper yang sangat besar di tangan kanannya berjalan menuju mereka “Caelum, kau sendiri yang bilang bingung kenapa mereka berbincang-bincang di sini. Sepertinya sudah tertarik untuk ikut berbicara di sini” pria dengan suara berat itu tersenyum kecil.

    Jentikan jari terdengar sangat keras, titan yang terbawa pada salah satu pedang Caelum terbakar dengan api ungu. “kenapa kau tidak menyingkirkan mereka, mau mereka tidak sedap !” keluh gadis berambut merah darah sambil memalingkan wajahnya

    “je suis desole, madam” Caelum menundukkan badannya sambil menyilangkan tangan kanannya di depan dadanya

    Len tersenyum kecil “ternyata Caelum takut sama Jupiter . . .”

    “diam kau bocah !!” pria berpakaian emas itu melempar pedang emas yang ada pada tangan kirinya. Len menangkis lemparan pria itu yang hanya berjarak 4 meter darinya.

    “dasar pak tua, dia ingin membunuhku hanya karena hal itu” nyibir Len sambil memejamkan sebelah matanya

    Pemandang mereka tiba-tiba menjadi gelap, mereka dengan cepat melihat ke atas. Sebuah titan besar dengan lebar tubuhnya mencapai 8 meter tiba-tiba tumbang dari arah belakang pria yang menggunakan pakaian serba hitam. Mereka berlima melompat dengan cepat menjauh, Kaze terlihat tidak bergerak sedikitpun. Tubuh titan yang besar itu dengan cepat terbelah menjadi dua sebelum menimpa Kaze. “yah, seperti yang kalian liat. Semua itu perbuatannya” gadis berambut merah itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

    Jupiter melihat titan yang berada dibelakang Lucia terpotong seketika. “hey Lucia, apa itu Light wave ?” teriak gadis berambut merah yang berjarak cukup jauh dari Lucia

    “ehm, mungkin seperti itu. Aku tidak tahu, aku hanya menggunakan apa yang ku miliki” Lucia meletakkan telunjuk kanannya di bibirnya

    Gadis berambut merah itu tanpa sadar menurunkan rahangnya hingga mulutnya terbuka “ternyata dia kembali menggunakan kemampuan yang terdapat pada darah Len yang mengalir pada tubuhnya


    Jupiter !! Awas !!


    Sebuah palu besar dengan cepat tertuju ke arah gadis berambut merah yang masih melihat ke arah Lucia dengan tatapan terkejut. Gadis itu hanya melihat ke arah palu besar yang mengarah ke arahnya tanpa dapat bergerak sedikitpun. “JUPITER !!” teriak Lucia sambil berlari ke arah tempat Jupiter berdiri sebelumnya

    Titan itu mengangkat palunya perlahan, sosok gadis berambut merah dengan rambut merah darahnya yang menyala seperti api menghadap ke arah titan yang memukulnya. Lucia melihat palu yang digunakan titan berlubang dan masih meneteskan besi cair. “HELL FIRE” teriak gadis berambut merah darah. Tubuh titan itu mulai hancur seperti tersiram oleh magma.

    “nak, sekarang kau tau kenapa aku tak ingin membuatnya marah” pria yang berpakaian serba emas memegang pundak Len

    “aku mengerti pak tua, dia begitu mengerikan” Len mengusap-ngusap rambutnya perlahan sambil melihat tubuh titan yang hampir hancur tanpa sisa

    “dan sepertinya musuh kita tidak akan habis kecuali kita membunuh mereka” Caelum mengacungkan pedang emasnya ke arah beberapa titan yang duduk dibarisan terbelakang menunggu ke datangan mereka “semuanya dipertaruhkan di sini, lakukan yang terbaik nak”

    “baiklah pak tua, aku mengerti” Len menganggukkan kepalanya. Dia berjalan ke arah Lucia yang masih memandangi sosok Jupiter “kita harus melanjutkannya, musuh yang ada di sini kita serahkan pada mereka”

    Empat pria yang berada di belakang Len menunjukkan ke sediaan mereka dengan gaya mereka masing-masing. Lucia yang melihat itu menganggukkan kepala dan bergerak mengikuti Len untuk tetap maju hingga barisan terakhir.

    Len melempar pedang hitamnya ke tangan kirinya, “kekuatan maksimum ?” tanya Lucia dalam hatinya melihat Len yang mulai menggunakan tangan kirinya untuk menyerang. Lucia berlari mengikuti Len yang sudah mencapai barisan musuh yang masih tersusun rapi seolah-olah telah menunggu mereka.

    Puluhan titan yang berada pada barisan terdepan serentak mengeluarkan perisai setinggi 25 meter dan nanamkanya ke tanah. Len berhenti sambil melihat seberapa tinggi perisai itu, “ehm Len, apa kita bisa menembusnya ? bagaimana jika kita terbang ?” ucap Lucia melihat ke atas untuk melihat ke arah kepala titan yang menahannya. “tidak terlihat” ucapnya Lucia dalam hati dengan raut wajah yang terlihat kecewa.

    “kita tidak mungkin kita terbang, titan lain yang berjaga di belakang pastinya sudah bersiap memukul kita” Len menyondongkan tubuhnya ke depan dan menarik pedangnya ke belakang sejauh mungkin “aku akan mencoba merubuhkannya dengan kekuatan yang ku miliki”


    GIGANTIC CLEAVE !!


    Suara ledakan terdengar sangat ke arah, dan ledakan mana yang tertahan menimbulkan getaran yang kuat di udara. Lucia melihat perisai besar yang terpukul oleh Len sempat terpukul mundur, “sepertinya akan berhasil, tapi bagaimana bisa ?!” dia melihat permukaan perisai yang terpukul tidak tergores sedikitpun.

    Pria berambut abu-abu itu tetap mengayunkan pedangnya membabi buta ke arah perisai yang ada dihadapannya, dia merasa semakin dia memukul semakin keras perisai itu menahannya. Len menancapkan pedangnya di tanah dan tertunduk dengan keringat yang menetes dari wajahnya. “SIAL !! AKU TAKKAN BERHASIL JIKA SEPERTI INI !!” teriak Len dengan kepalanya yang tertunduk

    Sosok gadis dengan coat biru dengan penutup kepala berjalan diantara debu-debu yang bertiup, tangan kanannya menahan penutup kepalanya yang tertiup angin dan tangan kirinya membawa pedang berwarna biru. Gadis itu membuka penutup kepalanya dengan cepat angin yang bercium mengurai rambut hitam gadis itu keluar dari coat yang dia kenakan. “Len . . . Lucia . . . kita selalu bertempur bertiga, dan akan selalu seperti itu” suara Ariana terdengar sedikit bergetar

    “k . . kakak . . . apa kau memiliki ide untuk menembus perisai ini ?” Lucia melihat ke arah Ariana sambil memegang Len yang masih terengah-engah.

    “ada satu cara, tapi peluangnya sangat tipis” Ariana melihat ke arah perisai yang berada dikanannya “jika terlambat, kita akan tertimpa perisai ini”

    “k . .kita harus mencobanya . .”  Len mencoba bangkit dengan napas yang terengah-engah

    Ariana dengan cepat membuka sarung tangan kanannya dan menyentuh perisai yang menjadi target. Ariana melompat ke arah kanan untuk menghindari, Len yang melihat kesempatan itu dengan cepat mengayunkan pedangnya ke bagian perisai yang dibekukan oleh Ariana. Dia melihat perisai kokoh yang berada di hadapannya hancur seperti kaca yang pecah.

    Ariana dengan cepat berlari ke arah perisai yang mulai rubuh perlahan, Len memberikan tanda kepada Lucia untuk berlari ke arahnya. Lucia masih terdiam melihat perisai yang mulai runtuh, Len berteriak kepadanya untuk segera lari.

    Lucia berlari ke arah Len sambil melihat perisai yang runtuh perlahan. Len kembali berteriak kepada Lucia untuk berlari lebih cepat. Dadanya mulai terasa sesak napasnya mulai berat, dia merasa ada yang salah dengan badannya.

    Len membuang pedangnya dan menahan perisai besar yang entah seberat apa dengan kedua tangannya. “Ariana, cepat tolong Lucia !!” teriak Len yang melihat Lucia tiba-tiba tergeletak lemas saat berlari ke arahnya

    Ariana dengan cepat menggendong tubuh Lucia dan berlari ke arah Len yang sedang menahan perisai besar yang runtuh. Raut wajahnya mulai berubah, gigi gusinya saling beradu, dia benar-benar memaksa dirinya untuk menahan perisai itu.

    Ariana melihat Len menutup kedua matanya dan raut wajahnya yang terlihat pasrah saat memperlebar ruang dengan menahan dengan tangan kirinya. Tubuh Len terlempar ketika Ariana berhasil melewatinya. Tubuh Len terbanting keras di tanah, dia menyegerakan tangannya membentuk silang sambil ngucapkan sesuatu.

    Ariana dengan cepat melihat ke atas saat pemandangan disekitarnya menjadi gelap. Sebuah kaki yang sangat besar bergerak untuk menginjaknya. Ariana memejamkan matanya dan pasrah dengan apa yang akan terjadi.

    Suara sesuatu yang jatuh terdengar sangat keras, Ariana membuka matanya dan melihat titan yang akan menginjaknya sebelumnya terpental. “Len, kau kembali menyelamatkan kami. Disaat terdesakpun masih memikirkan orang yang ada disekitarmu” ucapnya dalam hati sambil berusaha menyadarkan Lucia

    Lucia membuka matanya perlahan, matanya terlihat kosong. “kakak, apa yang terjadi ?” tanya Lucia sambil memegang kepalanya yang sakit “di mana Len ? apa dia baik-baik saja ?”

    Ariana menundukkan kepalanya sambil menunjuk ke arah di mana tubuh Len terbaring. Lucia dengan cepat berlari ke arah terbaringnya tubuh Len, karena tubuhnya yang masih lemah dia terjatuh beberapa kali. Lucia memeluk tubuh Len yang terbaring lemas “kakak, apa yang terjadi padanya ?” suara Lucia terdengar bergetar

    “dia menahan perisai yang rubuh untuk membuat jeda waktu yang cukup untuk membawamu ke sini. Dia menahan perisai itu dengan tangan kirinya” Ariana menundukkan kepalanya sambil mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya.

    Lucia mengangkat tangan kiri yang terlihat memar-memar, dia merasakan tangannya terlalu lemas “k . k . kakak, ta . . tangan kiri Len patah” air matanya mulai membasahi pipi putihnya

    “sial ! kalau saja aku lebih cepat pasti tidak akan seperti ini !” Ariana memukulkan tangan kanannya ke tanah

    Len menghapus air mata yang membasahi pipi Lucia “ini bukan salah kalian, ini salah ku yang masih terlalu lemah. Aku bahkan tak sanggup melindungi kalian” Len tersenyum lemah

    “tidak Len, ini kesalahanku yang . . .” lelaki yang dia peluk tiba-tiba menempelkan telujuknya di bibirnya untuk menghentikan kata-katanya

    “ini belum berakhir kita masih harus menyelesaikannya” Len berusaha bangkit dari tidurnya “lebih baik kalian selamatkan diri kalian dengan portal yang akan ku buat”

    “aku tidak mau, aku ingin bersamamu hingga saat terakhir !!” teriak Lucia

    “jika harus mati, aku ingin mati bersama kalian. Aku tak punya tujuan hidup lain ketika kalian tak ada” ucap Ariana dengan tegas, kali ini dia berbicara tanpa keraguan dihatinya


    Compound~

    ==== Caelum ====


    Pria yang berpakaian serba emas melihat ke arah pedang emas yang digenggamnya memancarkan cahaya keemasan “ini sudah dimulai”

    “Mereka telah memulainya” suara samar-samar terdengar dari pria serba hitam yang mulutnya terlalu tertutup seperti kain yang berwarna hitam

    “Caelum . . . letakkan pedangmu di sini dan kita pindah sekarang” ucap gadis berambut merah sambil menepukkan kedua tangannya

    “baiklah, karena kau yang memintanya” pria yang berpakaian serba emas itu menancapkan pedangnya di tanah dan dengan cepat melakukan teleportasi


    ==== Etro ====


    Pria berambut cokelat muda itu melihat ke arah pedang Leon yang memancarkan warna putih, dia dengan cepat menggenggam tangan Leon “nak, lemparkan itu. Itu senjata mereka dan lebih baik kita lari sejauh mungkin”

    “Senjata mereka ?” Leon melemparkan pedang bening itu sejauh yang dia bisa “bagaimana kau memilikinya ?”

    “a . . akan kujelaskan sambil berlari” pria tua itu berlari diikuti Leon yang berada disampingnya “me . . mereka menitipkan pedang itu untuk digunakan oleh orang yang membutuhkannya, tapi saat mereka membutuhkannya kalian harus memberikannya”

    “ap . . pa yang akan terjadi setelah ini ?” napas Leon mulai terasa berat

    “aku tidak tahu  . . . tapi kita harus pergi sejauh mungkin” pria tua itu mempercepat larinya


    ==== Leon ====


    “Leon ?! apa kau akan menggunakan hal itu ?!” teriak Ariana sambil menancapkan pedang birunya di tanah

    “yah, tidak ada jalan lain. Dan aku akan membuka melindungnya lebih baik kalian berhati-hati !!” teriak Len diantara suara angin yang bertiup kencang

    Angin berhembus dengan kencang saat pelindung  yang melindungi mereka terbuka. Mereka bertiga menancapkan pedang mereka masing-masing di tanah. “omnes ventos audire” pria berambut abu-abu itu mengucapkannya dengan jelas

    tenebras et lucem” Ariana memejamkan matanya dan melanjutkan apa yang pria berambut abu-abu mulai

    traho omnes qui resistunt” Lucia mengarahkan telapak kanannya ke arah ruang yang terbentuk diantara ketiga peda mereka

    Cahaya keemasan menyorot padang yang sangat luas, ribuan tangan-tangan hitam keluar dari segel berbentuk lingkaran yang terbentuk dibawah mereka. Seluruh titan tertarik ke arah dimana mereka berdiri.

    IV ostium et I cincinno convenire” Len membuka matanya  dan melihat pedang hitam, putih, biru, dan bening mengelilingi pedang berwarna emas

    simul venerunt ad convertero” kelima pedang memancarkan cahayanya masing-masing

    gloria et pacis labefactis” keempat pedang menancap pada tanah di empat tempat yang berbeda dan mengeluarkan lingkaran segel yang baru dengan warna yang berbeda

    ingen . .”  Len tiba-tiba mengeluarkan darah dari mulutnya, dia melihat ke arah dadanya yang tertusuk kuku telunjuk salah satu titan yang masih dapat bergerak didekatnya. Tubuhnya terangkat oleh kuku yang menembus dadanya.

    “Len !!” teriak Lucia yang berlari ke arahnya

    Len mematahkan kuku titan itu dan menjentikkan jarinya, dengan cepat titan yang menusuknya terbakar oleh api hitam. Lucia menangkap tubuh Len yang terjatuh dan membantunya berdiri “ingentem ruinam in !!”  teriak Len

    “ugh, setelah ini akan terjadi ledakan yang sangat besar untuk menghancurkan semua titan. Aku ingin kalian menyelamatkan diri, masuklah portal yang aku buat” ucap Len yang telah membentuk pusaran hitam dengan tangan kanannya “secundo occasio pugnantium

    “Lucia, aku ingin ciummu untuk yang terakhir kalinya. Apa kau mengijinkannya ?” Len menyapu air mata Lucia yang kembali membasahi pipinya saat mengangguk memperbolehkan permintaan Len. Len mendekatkan bibirnya perlahan sambil mengenggelamkan tubuh Lucia dalam pelukkannya.

    Lucia memejamkan matanya sambil melingkarkan kedua lengannya di leher Len. Dia merasakan bibir Len yang hangat tapi sedikit basah. Lidah Len menjelajah mulutnya, dia juga merasakan darah Len dengan lidahnya. "dia terluka tapi dia tidak peduli dengan tubuhnya sedikitpun" air mata Lucia kembali membasahi pipinya.

    "aku tak percaya, apa yang dia katakan ternyata benar terjadi. jadi seperti ini akhir yang dia maksud" Ariana mengingat perkataan seseorang berambut perak yang sudah meninggalkannya

    Len menarik lidahnya dan terjatuh lemas. Lucia mengguncang-guncangkan tubuh Len, tapi dia tidak bergerak sedikitpun. Ariana melihat kejutan listrik keluar dari pedang emas yang melayang diatas mereka "sudah dimulai" gadis itu tersenyum kecil.


    ==== Caelum ====

    Ledakan yang sangat besar terlihat dari padang rumput yang sebelumnya terhampar luas, kilatan-kilatan cahaya terlepas dari sumber ledakan. Titan-titan hancur dalam ledakan yang sangat besar. Padang rumbut seketika terlihat seperti gurun dengan gunung-gunung abu putih.

    Langkah besi hitam yang bergesekan dengan tanah terdengar mendekati pria berpakaian emas yang masih melihat ke arah sumber ledakan yang masih melepaskan kilatan-kilatan cahaya. "Caelum, apa ini akhirnya ?" pria yang menggunakan pakaian zira berwarna hitam

    "untuk para titan ini memang akhir mereka, tapi kalau mereka bertiga aku tidak yakin" pria yang berpakaian serba emas itu masih melihat ke arah sumber ledakan

    "aku berharap dia tidak melupakan kalimat yang telah kau berikan" Jupiter ikut berbicara, dia terlihat ragu dengan tangan kanannya yang bergetar sambil menggenggam pedang merah darah yang sempat dia keluarkan

    "5 pedang itu ternyata tidak hancur saat mengeluarkan ledakan seperti ini" ucap Kaze yang bisa melihat kelima pedang yang masih memancarkan cahaya masing-masing "sebenarnya pedang kalian terbuat dari apa ?"

    "harapan dan mana, itu yang membuat senjata kami tidak dapat dipatahkan" pedang-pedang berputar diantara mereka berempat "apa kalian ikut mengecek ke sana ?"

    Kedua pria dan gadis dibelakangnya menganggukkan kepalanya. Cahaya terang muncul diantara pedang-pedang yang berputar diantara mereka, dan mereka lenyap setelah cahaya itu hilang.


    ==== battle field ====


    Setiap langkah mereka meninggalkan jejak yang cukup dalam pada gunung-gunung putih yang terbentuk dari abu titan yang terbakar. "hwaa, seperti berjalan digurun !!" teriak Jupiter sambil melompat-lompat

    "sifat ke kanak-kanakannya tak pernah hilang" keluh Caelum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya

    "walau seperti itu, kau tetap takut padanya" Skeith tersenyum kecil

    Gadis berambut merah darah itu duduk dihadapan Caelum dan Skeith sambil cemberut "kenapa kalian selalu membicarakan ku ?" Jupiter menggerutu

    Kaze melihat sinar yang memancar dibalik gunung abu yang berwarna putih. "aku menemukan sesuatu" suara Kaze seperti biasa terdengar samar-samar akibat sesuatu yang selalu menutupi mulutnya

    "ini . . . pedangku" ucap Caelum sambil menarik pegangan emas dari pedangnya

    Tiga cahaya keluar dari balik gunung abu dan membentuk tiga bayangan. Sosok Len, Lucia dan Ariana terlihat tembus pandang dikelilingi oleh cahaya-cahaya keemasan yang mengitari mereka.

    "Jupiter, seperti yang kau katakan. ini akhir dari kami di sini" Len tersenyum kepada Jupiter yang masih duduk melihat ke arahnya

    "ehm Jupiter, terima kasih telah menolong Len sebelumnya" Lucia tersenyum pada Jupiter yang masih menatap ke arah mereka

    "yah, aku ingin berterima kasih pada kalian semua. Caelum, Jupiter, Kaze, Skeith, kalian sudah ke luar dari peristirahatan kalian hanya untuk membantu kami" Ariana membungkukkan tubuhnya

    "kau tidak perlu memikirkannya, kami memang ingin membantu kalian untuk mencapai takdir yang telah diberikan kepada kalian" Ariana melihat tatapan Caelum yang lembut ke arahnya. Kaze dan Skeith memalingkan pandangan mereka saat Ariana melihat ke arah mereka.

    "walaupun cara bertarung mereka yang terkesan sadis, tapi sebenarnya mereka baik" ucap Ariana dalam hatinya sambil tersenyum ke arah mereka berdua.

    "ini saatnya kami pergi. selamat tinggal semuanya" ucap Len sambil melambaikan tangan kanannya, Lucia dan Ariana ikut melambaikan tangannya ke arah empat orang yang telah membantu mereka.

    Mereke berempat melihat bayangan Len, Lucia dan Ariana menghilang perlahan dari hadapan mereka. "aku akhirnya mengerti arti pengorbanan yang sesungguhnya" Jupiter meneteskan air matanya

    "kau benar, dia mengucapkan kalimat yang aku berikan. tapi, mereka memutuskan untuk pergi dari pada dibangkitkan kembali" ucap Caelum sambil melihat ke arah matahari tenggelam dengan langit kemerahan.


    penderitaan . . .

    perjuangan mereka . . .

    dibawah . . .

    langit yang kemerahan . . .

    dan gunung-gunung putih debu musuh . . .

    menjadi akhir langkah mereka . . .

    dan senyum tanpa beban menghiasi wajah mereka . . .



    ====== END ======

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan