• Posted by : Unknown Sabtu, 18 Agustus 2012


    Leon keluar dari persembunyiannya, dia tidak mengerti kenapa Rhea bisa tahu dia bersembunyi. Leon mendekati cewek berambut putih itu yang sedang berdiri dipersimpangan.

    “Leon, kenapa kamu berada ditempat ini. Bukankah sudah kuberitahu untuk langsung kembali ke kamarmu” ucap cewek itu dengan tegas


    “maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi. Tapi kenapa kamu sempat berkata sudah aman ? apa yang terjadi ?” tanya Leon mengingat kata-kata yang diucapkan Rhea

    “kamu bisa saja terbunuh orang itu, jika kamu terkena kupu-kupu hitamnya. Kamu akan terbakar terus menerus hingga dia melepaskan spellnya” ucap cewek itu sambil menepuk pundak Leon

    “aku akan berhati-hati, dan aku akan segera kembali ke kamar” Leon membungkukkan badan sebelum dia pergi meninggalkan Rhea

    Rhea melihat cowok berambut coklat gelap itu pergi meninggalkannya, aku yakin dia akan langsung kembali ke kamarnya setelah kejadian ini. Rhea memutuskan kembali ke ruangannya untuk memeriksa sesuatu.


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Leon terbangun dari tidurnya akibat seseorang mengetuk pintu kamarnya terus menerus, dia berdiri dan membuka pintu kamarnya perlahan. Dia bertanya perlahan pada orang yang berada didepan kamarnya “Iris, ada apa datang pagi-pagi ?”

    “apa kamu tidak apa-apa Leon ?” cewek yang memiliki bola mata biru membuka lebar pintu kamar Leon dan melihat kearahnya dari ujung kaki hingga kepala

    “kenapa kamu melihatku seperti itu ? seperti sesuatu yang buruk terjadi padaku ?” Leon menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal

    “aku melihatmu terluka parah akibat serangan Volta, dan jatuh tak berdaya. Tapi kenapa sekarang bisa pulih secepat ini ?” cewek itu masih melihat kearah Leon mencari apa ada bekas luka yang tertinggal

    “aku tidak apa-apa, aku selamat karena Minerva da . . .” Leon menghentikan kalimatnya karena hampir saja dia memberitahu dia bertemu dirinya yang lain “dan dia menyembuhkanku”

    Cewek yang miliki bola mata biru dan berambut putih yang dipanggil Leon dengan nama Iris hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Iris tiba-tiba teringat sesuatu “Leon, nanti siang kita harus ke spell development. Katanya akan dites untuk mencari spell yang cocok”

    “ya, baiklah. Sebelum aku berangkat aku akan mengirimmu email”

    Cewek berambut putih itu berjalan meninggalkan Leon dan melambaikan tangannya kearah Leon sambil tersenyum hangat “bye Leon”

    Leon membalas senyuman cewek itu dan kembali masuk ke dalam kamarnya untuk melanjutkan tidurnya.


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Spell Development . . .

    Semua anak baru duduk berjajar dikursi panjang yang berada didepan salah satu ruangan di spell development, suara gemuruh para anak baru yang sedang mengobrol dengan teman yang berada disekitarnya menggema sepanjang koridor. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan didalam ruangan tersebut.

    Pintu ruangan tersebut mulai dibuka, semua anak baru masuk ke dalam ruangan dengan tertib. Ruangan luas yang dipenuhi dengan lemari-lemari yang berisi orb dan sebuah meja melingkar dengan beberapa orb yang berada diatasnya.

    Seorang cowok berambut merah yang mengenakan kalung bertuliskan huruf "L" yang menambah kesan simple dari kaos polos merah dan celana hitam yang dia kenakan. Saat cowok ini mengedipkan matanya membuat anak baru cewek yang melihatnya kagum dengan keindahan bola matanya yang berwarna abu-abu.

    Cowok itu menepuk tangannya untuk membuat semua anak baru memperhatikannya dengan baik. "perkenalkan nama saya Luca, ketua devisi pengembangan sihir. disini kalian akan melakukan tes untuk mengetahui tipe sihir kalian yang paling dominan" jelas cowok berambut merah itu.

    Luca menyuruh salah satu anak baru berdiri ditengah-tengah meja yang melingkar itu, Luca menyuruh anak baru itu untuk membuang dan menarik napas perlahan sambil memfokuskan pikiran. Orb bewarna merah menyala dengan terang dalam napas yang ketiga, dan keenam orb lainnya mati.

    "elemenmu yang dominan api, cobalah fokus pada sihir api diakademi" ucap cowok berambut merah itu sambil mencatat data anak baru yang dipanggilnya

    Luca menyuruh anak baru lainnya untuk melakukakn hal yang sama seperti yang dilakukan anak baru sebelumnya. Orb biru yang berada diatas meja menyala dan Luca mengatakan bahwa elemen yang dominan adalah air.

    Iris dan Leon masih menunggu giliran mereka, mereka bedua melihat ada yang bisa menggunakan lebih dari satu elemen dan mereka tahu orb kuning untuk tanah, orb bening untuk angin, orb ungu untuk listrik dan orb putih untuk light.

    Luca memperbolehkan anak baru yang telah selesai tes bisa kembali ke kamar mereka masing-masing. Anak baru yang masih tinggal disana hanya Iris dan Leon, Luca menunjuk Iris untuk melakukan tes lebih dahulu.

    Iris melakukan hal yang sama seperti anak baru lainnya, semua orb kecuali orb hitam itu menyala. Cowok berambut merah yang dihadapannya menyuruh Iris untuk lebih fokus dan mengeluarkan kekuatannya.

    Orb berwarna putih menyala dengan terang dan semakin terang ketika Iris melakukan apa yang diperintahkan Luca. Terdengar suara "crack" yang membuat konsentrasi Iris hilang, dia melihat orb berwarna putih itu retak.

    "maa . . ." kata-kata Iris terhenti ketika melihat cowok yang berada didepannya untuk tidak berkata apapun

    "tipe sihir yang paling dominan untukmu adalah tipe light, dan sepertinya kamu juga akan bisa mengunakan sihir light tingkat atas" ucap cowok berambut merah itu sambil mencatat data Iris

    Iris terlihat bingung dengan kata-kata yang diucapkan Luca sihir light tingkat atas ?apa maksud cowok ini ? tanya Iris dalam hati. Leon hanya berjalan melewati Iris yang terlihat bingung.

    Leon mendekati cowok berambut merah yang sedang mengganti orb putih yang retak itu. Cowok itu melihat kearah Leon "kau siap ?"

    Leon hanya menggangukkan kepala dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh anak baru yang lain. Semua orb menyala redup dan orb hitam itu juga tidak bereaksi apapun.

    Luca hanya membuang napasnya perlahan "Leon, sepertinya tidak ada elemen yang cocok denganmu"

    "apa ? kenapa seperti itu ?" tanyanya dengan membentak

    "karena tidak ada salah satu elemen yang stabil denganmu" jawab Luca perlahan

    "apa ada sesuatu yang bisa kamu lakukan ?" teriak Iris melihat Leon yang menundukkan kepalanya

    "cukup Iris, sepertinya tak ada gunanya lagi" ucap Leon sambil menahan Iris

    "Leon, aku melihat orb bening lebih terang dari yang lain dan kamu untungnya memiliki reflek yang baik. Jadi aku sarankan kamu berlatih dengan Vanguard batalion" ucap Luca sambil mencoba menghibur Leon

    "tapi Luca, aku berpikir kenapa kamu terlihat bisa saja saat orb putih itu retak dan kenapa tak ada satupun yang dapat membuat orb hitam itu menyala" tanya Leon mengingat hal yang baru terjadi beberapa saat yang lalu

    "orb ini adalah orb tipe dark, dan sejauh ini hanya ada satu orang yang bisa membuatnya menyala" jawab Luca sambil menunjukkan orb yang berbentuk seperti mutiara hitam itu

    "siapa ? dan kamu juga belum menjawab pertanyaanku yang satu lagi" Leon memaksa cowok yang berada didepannya untuk mengatakannya

    "santailah, aku pasti menjawabnya. kalau untuk saat orb tadi retak itu aku sudah biasa karena ada dua orang yang bisa membuat 6 orb meledak dalam satu kali mengambil napas, dan mereka bukan master yang jelas" ucap Luca sambil memalingkan pandangannya

    "siapa mereka ?" Leon kembali bertanya pada Luca dengan santai

    "aku lupa nama mereka, yang jelas kalian tidak akan dapat menemukannya siang hari kalau tidak ada event khusus" Luca memegang dagunya

    "event khusus ? event apa ?" Leon kembali bertanya, Iris yang berdiri disebelahnya hanya bisa mendengarkan dua cowok itu mengobrol

    "2 bulan dari sekarang ada event magic war, dan mereka berdua biasanya ikut" Luca mengangguk-anggukkan kepalanya. "dan aku hampir lupa, aku akan menemanimu ke Vanguard Tower besok" Luca menunjuk ke arah Leon

    "Luca, dapatkah kamu memberitahuku tentang Vanguard" Leon terlihat mulai bersahabat

    "mereka sebenarnya memiliki kekuatan fisik yang kuat dan selalu dibarisan terdepan jika terjadi peperangan. dan kemarin mereka baru saja membuat rekor mementalkan batu seberat 25ton sejauh 5 km" Luca kembali mengangguk-anggukkan kepalanya

    "ehm, not bad" Leon menggerak-gerakkan kepalanya seperti yang dilakukan Luca

    Iris berpikir ada apa dengan mereka berdua ? kenapa tiba-tiba menjadi sangat akrab seperti sudah berteman lama atau kakak adik saja sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


     °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Lunatic Corridor . . .

    Leon berjalan sambil melihat cewek yang berada disebelahnya yang memiliki bola mata biru dan rambut putih sepinggang. Cewek itu terlihat sangat senang, sepertinya hasil tes hari ini yang membuatnya begitu.

    "Iris, sepertinya kamu senang sekali"

    "ya, aku dari dulu ingin sekali menjadi penyihir bertipe light" ucapnya dengan tersenyum

    "em . . jadi menjadi penyihir light impianmu ?" Leon membalas senyuman Iris

    Iris menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Leon. Leon dengan cepat menarik Iris kebalik dinding, dia menyuruh cepet yang ada dihapannya untuk tidak bersuara.

    "Leon ? apa yang kamu lakukan ?" tanya Iris dengan cepat dengan wajah cemberut

    Leon hanya menyentuh bibir Iris dengan telunjuknya yang menandakan cewek itu harus tenang dan tidak berisik, Iris hanya bisa melihat cowok yang berada dihadapannya sedang bersembunyi dari sesuatu.

    Iris mencoba mengintip kearah yang dilihat oleh Leon. Dia melihat cowok yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam yang hanya terlihat rambutnya yang warna coklat tua dan cewek berpakaian long dress mage putih, cewek berambut hitam yang panjangnya lebih dari pinggang dan bermata merah itu sedang tersenyum pada cowok itu. Mereka berdua berjalan dengan puluhan kupu-kupu hitam dan putih beterbangan disekitar mereka.

    "L . . Leon siapa mereka ?" Iris bertanya dengan terbata-bata

    "aku pikir mereka berdua yang dimaksud oleh Luca, aku juga melihat mereka kemarin malam dan Rhea langsung yang menyuruh mereka menghentikan sihir mereka" wajah Leon terlihat serius dengan mata yang masih melihat kearah mereka.

    "ayo pergi dari sini" Iris menarik Leon dengan cepat untuk menjauh dari tempat itu

    Leon hanya mengikuti kemana Iris membawanya tanpa berkata satu patah katapun.


     °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Leon keluar kamarnya sambil mengeringkan rambutnya yang basah, dia melihat keindahan langit pagi yang dihiasi sinar matahari yang lembut dan awan-awan yang berwarna keemasan. Dia membiarkan handuk menutupi kepalanya dan duduk dikursi yang berada didepan kamarnya.

    Leon berpikir pasti nama akademi ini berasal dari pemandangan yang ada disini, awan yang berwarna emas. "whuzzz . . ." suara angin yang bergerak dengan cepat spontan membuat Leon melihat kearah suara itu. Dia seperti melihat naga biru melintas dihadapannya, dia mencoba bangkit dari duduknya untuk melihat sekitar tapi sia-sia.

    Langkah kaki terdengar semakin dekat. Leon melihat cowok berambut merah dan berambut abu-abu yang memakai kaos putih polos dan celana training putih mendekatinya.

    "Luca ? apa kamu kesini mencariku ?" tanya Leon yang cukup terkejut bertemu cowok berambut merah itu

    "sebenarnya tidak, aku bisa mengitari akademi ini setiap pagi. pemandangannya indahkan ?" cowok itu tersenyum lembut kearah Leon

    "iya, suasana disini hampir tidak pernah membuatku bosan" ucap Leon tanpa sadar "ups . . ."

    Cowok itu hanya tersenyum melihat Leon yang tiba-tiba mengatakan sesuatu tanpa dia sadari. Leon membalas senyum cowok itu dan membuang napas panjang.

    Suara gemuruh langkah kaki terdengar dikejauhan, Luca dan Leon spontan melihat kearah sumber suara tersebut. Puluhan cewek berlari kearah mereka "Leon, sampai jumpa lagi. aku harus kabur dari mereka secepatnya" Luca berlari dengan cepat sambil melambaikan tangannya.

    Dia melihat Luca berlari sangat cepat, mungkin dia juga memiliki sihir angin pikirnya dalam hati. Tiba-tiba Luca melompat dan hilang dari pandangan mereka. Leon mendengar salah satu cewek yang mengejar Luca berkata sial, dia melakukan teleport.

    Leon berjalan perlahan kembali kekamarnya sambil mengeringkan rambutnya yang masih basa. Dia merasa puluhan cewek yang mengejar Luca tadi melihat kearahnya, dia berusaha mengabaikan puluhan pasang mata yang melihat kearahnya.

    sial kau, kenapa kamu tidak menghambat Luca ! dan membiarkannya pergi !

    "hah ?" Leon spontan bingung kenapa dia disalahkan karena cowok yang mereka kejar tiba-tiba menghilang "kenapa menyalahkanku ? dan itu masalah kalian bukan aku"

    ahh . . kau menjengkalkan

    Puluhan cewek-cewek itu menangkap Leon, dia dengan cepat menghindar. Puluhan cewek itu menghentikan pergerakan Leon dengan membekukan kaki dan tangannya.

    "hey, apa yang ingin kalian lakukan padaku ?" teriak Leon melihat puluhan cewek yang mengelilinginya dengan raut wajah yang mengerikan

    "kita akan menghukummu" balas salah satu cewek dan semua cewek lainnya tersenyum mendengarnya

    Mereka membekukan tubuh bagian atas Leon dengan es dan menggantungkannya diluar bangunan. Leon berpikir jika talinya putus pasti dia akan mati, dia mencoba menggerak-gerakkan badannya untuk terlepas dari es itu.


    30 minutes later . . .


    "aku lelah, ini sia-sia dan aku juga belum sarapan" Leon membiarkan tubuhnya tergantung lemas tanpa bergerak sedikitpun

    Suara angin yang bergerak kencang kembali terdengar tapi dia enggan membuka matanya karena terlalu lemah. aku tak peduli apa itu, aku hanya ingin istirahat ucap Leon dalam hatinya.

    Dia mendengar seperti ada suara napas yang lumayan keras dan suara kepakan sayap, tapi bukan sayap burung sepertinya pikir Leon.

    Dia membuka matanya, sesosok gadis berambut hitam sepinggang yang mengenakan celana pendek berwarna hitam kesukaannya dipadukan dengan baju putih polos disertai dengan long coat sepanjang kakinya, gadis itu menggunakan boots hitam yang membuatnya terlihat lebih tinggi.

    Leon menatap mata gadis itu yang berwarna biru muda yang memancarkan kelembutan yang membuat Leon berpikir bahwa dia bukan musuhnya. Gadis itu mengangkat tubuh Leon yang tergantung lemas dan membaringkannya dikursi yang berada didepan kamarnya.
    Leon kembali menutup matanya dan membiarkan tubuhnya terbaring dikursi yang berada didepan kamarnya. Dia mendengar suara langkah kaki gadis itu berjalan menjauhinya dan terdengar suara orang melompat melewati dinding pembatas tersebut.

    Angin kencang disertai bunyi kepakan sesuatu yang bukan ditimbulkan burung kembali terdengar, tapi Leon memutuskan untuk tetap terbaring dan tak ingin melihat sesuatu itu.


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Cowok berambut merah dan bermata abu-abu membangunkan cowok yang tertidur cukup pulas didepan kamarnya. “hey, bangunlah. Ini saatnya pergi” cowok berambut merah itu mengguncang-guncangkan bahu cowok yang tertidur itu

    “ah maaf, aku ketiduran” cowok itu bangkit dan membuka tutup matanya untuk memfokuskan pengelihatannya

    “aku tahu apa yang terjadi padamu, lebih baik kamu cepat ganti bajumu dan kita pergi sekarang sebelum mereka kesini lagi” cowok berambut merah itu berdiri tegak kemudian melihat sekitar

    Leon berlari masuk ke dalam kamarnya dan kembali keluar menemui cowok berambut merah itu dalam waktu kurang dari 3 menit. Dia sudah mengganti kaos polosnya dan memakai jaket dengan celana panjang berwarna coklat muda. “baik, aku siap” ucap Leon setelah mengunci kamarnya.


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Vanguard Tower . . .

    Bangunan yang berdiri megah dengan lambang Vanguard Batalion yang terdapat pada dua bendera yang berkibar dipintu masuk bangunan tersebut. Luca berjalan meninggalkan Leon yang masih melihat keindahan arsitektur bangunan milik Vanguard Batalion itu.

    “hey, ayo” panggil Luca yang sudah membuka pintu utama bangunan itu

    “ah, iya” dia melihat Luca yang sudah berdiri dipintu masuk dan berjalan cepat kearahnya

    Aku tak percaya ada bangunan seperti ini didunia nyata, aku pikir bangunan-bangunan semacam ini hanya ada didalam game dan film-film fantasy ucap Leon dalam hatinya yang takjub melihat interior dalam bangunan itu. Meskipun sebenarnya dia tidak mengetahui apa-apa tentang seni, tapi dari bentuknya langka sudah menunjukkan berseni tinggi.

    Suara-suara Guntur tiba-tiba menggema diseluruh aula bangunan tersebut, angin kencang dan petir-petir yang bergerak menuju sesuatu tempat. Luca melihat kearah Leon “saatnya bertemu commander Leon”

    To be continue . . .

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan