• Posted by : Unknown Kamis, 23 Agustus 2012


    Suara guntur menggema diseluruh koridor, sebuah petir bergerak menuju satu ruangan yang berada dihadapan Leon dan Luca. Luca berjalan menuju ruangan tersebut tanpa menghiraukan bahwa baru saja ada petir yang masuk kedalam ruangan itu.


    "Luca, apa kau serius commander ada didalam ruangan itu ?" suara Leon bergetar

    "iya, dia wakilnya Ares"

    Luca membuka pintu besar yang baru saja ditembus oleh petir yang mengarah ke ruangan itu. Leon melihat seorang pria berambut hitam kebiruan yang memakai baju besi dan menggenggam tombak silver yang mengalir listrik berwarna biru.

    Orb-orb putih tiba-tiba muncul seperti mengitari sesuatu, cahaya orb putih tiba-tiba memancarkan cahaya terang seperti blitz camera. Berdasar yang dilihat oleh Leon, pria berambut coklat muda yang memakai baju perang berwarna putih dan coat panjang putih, yang membawa prisai putih ditangan kiri dan pedang putih sepanjang 1 meter ditangan kanannya berusia 46 tahun.


    "seperti biasa, petirmu selalu berisik" ucap pria yang terlihat berusia 46 tahun

    "ya, commander Etro. aku akan mencoba meredamnya lain waktu"


    Luca mendekati pria berambut coklat muda itu yang terlihat berusia 46 tahun "Etro". Leon sedikit menunjukkan eskpresi terkejutnya, dia tidak habis pikir kenapa Luca hanya memanggil pria itu langsung namanya tanpa gelar atau pangkat.

    Luca menunjuk kearah Leon "ini Leon, bisakah kau melatihnya disini. Dia memiliki elemen angin yang lemah tapi reflek dan staminanya bagus, mungkin dia bisa berkembang disini"

    Pria yang memiliki nama Etro itu memasukkan pedangnya ke sarung pedangnya yang berada dipinggang kirinya. Etro mengangkat tangan kanannya keatas, cahaya-cahaya putih muncul dari telapak tangannya. glass sword ucap Etro perlahan.

    Pedang tembus pandang yang seperti terbuat dari kaca dan sepanjang 135 centimeter keluar diatas telapak tangan Etro setelah cahaya putih yang menutupinya hilang. "coba gunakan itu nak" pria itu melempar pedang tembus pandang itu "pedang itu dapat memaksa kemampuanmu keluar"

    Leon mengangkat glass sword yang tertancap dilantai. Dia terkejut, berat pedang itu tidak seperti yang terlihat dari bentuknya. Ringan ucap Leon perlahan, pria bernama Etro hanya menganggukkan kepalanya perlahan.

    Leon merasa sesuatu dalam tubuhnya mengalir menuju telapak tangan kanannya yang sedang menggenggam pedang tersebut. “sepertinya kau mulai merasakannya nak” suara berat dari Etro terdengar diudara

    Leon menganggukkan kepalanya, dia melihat debu-debu yang menempel dipedang itu bergerak seperti tertiup angin. Pedang yang digenggamnya menjadi berat, dan untuk menggerakkannya seperti menggerakkan sesuatu didalam air.

    “kau boleh memilikinya nak” suara Etro yang berat kembali terdengar.

    Luca dan Aren yang mendengar kata-kata itu tiba-tiba terkejut. “commander, apa kau yakin memberikan senjata itu padanya ?” tanya Ares dengan cepat seperti tidak ingin glass sword diberikan pada Leon

    “ya, aku pikir senjata itu akan cocok dengannya” walaupun Etro menjawabnya dengan santai tapi suaranya masih terdengar berat

    “tapi itu kan, salah satu dari 4 pedang legenda. Kenapa kau memberikannya begitu saja” kali ini Ares berteriak pada Etro

    “aku melihat sesuatu yang akan terjadi pada anak ini, dan pedang itu akan sangat berguna baginya” Etro memegang pundak Ares untuk menenangkannya

    “tapi, siapa pemilik 3 pedang lainnya ?” tanya Leon yang dari tadi hanya terdiam

    “aku hanya tahu bentuknya dan kemampuannya” Luca memegang menyilangkan tangannya dengan salah satu tangan menyentuh pelipis “pedang biru elemen Es dimiliki Ariana dari Barsburg Empire, pedang emas elemen light dimiliki Lucia dari Barsburg Empire dan pedang hitam elemen dark dimiliki Len dari Barsburg Empire”

    “kenapa dengan Barsburg Empire ? kenapa mereka bisa memiliki 3 pedang ? memang apa hebatnya mereka ?” ucap Leon dengan asal

    “Barsburg Empire . . . ketiga nama yang Luca sebut itu mungkin abadi, ketika aku datang kesini sekitar 300 tahun yang lalu mereka sudah berada disini. Dan sampai sekarang mereka masih hidup dan tidak bertambah tua sedikitpun” Etro kembali mengeluarkan suaranya tentang Barsburg Empire

    “300 tahun yang lalu ? commander berapa usiamu ? dan kenapa kau terlihat seperti berusia 46 tahun ?” tanya Leon tiba-tiba karena tak percaya dengan apa yang dia dengar

    “mungkin hampir 400 tahun” jawab Etro dengan santai “dan untuk yang terlihat berusia 46 tahun karena aku tidak begitu menguasai sihir light ini, tidak seperti Minerva”

    “Minerva ?! memang berapa usianya sekarang ?” Leon kembali terkejut

    “dia berusia 26 tahun, atau 27 ? aku tidak begitu mengingatnya, tapi dia belum mencapai 30 tahun” Etro memalingkan pandangannya

    Leon terlihat sedikit tenang karena ada master yang belum berumur ratusan tahun atau mungkin ribuan, dia menancapkan glass sword dilantai sambil membuang napasnya perlahan. “commander, kapan aku akan mengikuti pelatihan ?”

    “kita mulai sekarang, ayo ikuti aku”


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Pilar-pilar besar dengan ukiran-ukiran unik berjajar dikanan kiri untuk menyangga atap yang terbuat dari bahan batu. Dari sela-sela pilar itu berhembus angin, Leon akan memulai latihannya bersama pria yang menggunakan baju perang putih dengan coat panjang putih.

    “Leon, rasakanlah angin yang bergerak disekitarmu” Etro membentangkan tangannya dan menutup matanya “rasakan bagaimana angin menyentuh kulitmu”

    Leon menutup matanya dan mencoba merasakan bagaimana angin menyentuh kulitnya. Angin mengikuti bentuk apa yang menghalanginya. “sepertinya kau mengerti apa yang ku maksud” suara Etro kembali terdengar

    Leon membuka matanya perlahan, dia melihat Etro sudah menggenggam pedang putihnya. Leon tahu apa maksud pria berambut coklat muda dihadapannya dan menarik keluar glass sword yang berada dipunggungnya “baiklah, aku siap”

    Leon menggerakkan badannya kekanan dan kiri dengan langkah maju yang sangat cepat, Etro tiba-tiba kehilangan Leon dari pandangannya. Etro dengan cepat menebaskan pedangnya kearah atas. Leon yang sudah menebaskan pedangnya dengan sekuat tenaga terpental akibat tebasannya kalah kuat oleh Etro.

    “walaupun aku tak dapat melihatmu tapi aku masih bisa mendengar angin kemana kau bergerak” Etro menarik sehelai kain putih dari sakunya “aku akan memudahkanmu untuk menyerangku, carilah serangan yang efektif”

    Etro menutup matanya dengan kain  putih yang dia keluarkan. Pria berambut coklat muda kembali memberikan tanda untuk melanjutkan latihan. Leon menebas pria berambut coklat muda itu dengan cepat dari segala arah. Gesekan kedua pedang yang cepat itu mengeluarkan percikan api dan sedikit letupan.

    “hey, bagaimana jika pedang ini hancur ? bagaimana memperbaikinya ?” Leon bertanya pada Etro saat kedua pedang mereka saling bertubrukan

    “maksudmu seperti ini” pedang milik Etro mengeluarkan sinar keemasan dan dengan cepat menebaskan pedang kearah Leon “die . . .”

    Leon menggerakkan pedangnya untuk menahan serangan dari Etro. “cling” suara glass sword  yang patah akibat serangan Etro, Leon hanya terdiam melihat pedangnya yang patah. Etro tidak menghentikan serangannya dan kembali menyerang Leon.

    Leon berlari menghindari serangan pria berambut coklat tua itu. “kau tak akan pernah bisa terus menghindar” pedang Etro kembali mengeluarkan cahaya keemasan

    Leon melakukan hal yang sama, dia mencoba menahan serangan dengan sisa senjatanya. “cling” suaraglass sword  yang patah kembali terdengar. Dia melihat kearah pedangnya yang hanya tersisa 10 centimeter dari tangannya.

    “kau tak bisa menggunakan hal benda itu untuk melawanku, walaupun mataku tertutup” pria berambut coklat muda itu membuka penutup matanya “jika kau tidak bisa melawanku, kau akan mati disini. Karena aku akan menaikkan kesulitannya dari sekarang”

    Pedang Etro kembali mengeluarkan cahaya keemasan, dia memutar pedangnya didepan badannya yang meninggalkan bayangan 12 pedang. Leon dengan cepat berlari untuk menghindari serangan yang akan dilakukan oleh pria itu.

    “12 holy lance” Etro mengarahkan senjatanya kearah Leon yang berjarak 20 meter darinya dengan cepat

    “streks” 12 cahaya emas menembus badan Leon. Darahnya mulai menetes diatas lantai tempatnya berdiri. Tubuhnya tak bisa bergerak akibat tersegel 12 cahaya yang menusuknya. Pandangannya mulai kabur karena kehilangan banyak darah.


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Leon membuka matanya, dia melihat dia ternyata berbaring dikamarnya. Apa semuanya hanya mimpi ? apa mungkin semua yang ku alami sebelumnya hanya mimpi buruk ? aku tak melihat ada luka sedikitpun yang membekas ditubuh ini  pikir Leon.

    Leon bangkit dari tubuhnya dan berjalan menuju meja dimana dia meletakkan pistol Magnum 44 yang dibawakan oleh kakaknya. Aku akan membawa senjata ini untuk berjaga-jaga selama berjalan-jalan nanti. Dia melihat sesuatu yang memantulkan cahaya bulan dari meja yang berada disamping TV LCD.

    “apa ini ?” Leon mengambil benda tembus pandang yang memantulkan cahaya bulan

    What ?! tidak mungkin, ini glass sword. Jadi apa yang kualami tadi bukan mimpi ?! tapi kenapa aku bisa berbaring disini ? dan bukannya aku terkena 12 serangan dari Etro ?

    Leon memukul tembok didepannya dengan keras, sial, tapi aku harus tetap tenang  ucap Leon dalam hatinya sambil mengambil beberapa peluru Magnum 44 nya. Dia melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam, dia membuang napas panjang dan keluar dari kamarnya.

    Bulan terlihat jelas dilangit malam yang dipenuhi bintang, dia berjalan menuju Lunatic koridor yang biasa oleh dua pasangan yang memiliki bola mata warna merah. Aku pernah melihat ruangan ice skating yang tak begitu jauh dari sini, mungkin aku bisa menenangkan diri disana  ucap Leon dalam hati sambil menuju bangunan yang cukup megah didepannya.

    Leon melihat lantai es yang sangat luas ketika memasuki bangunan itu. Aku tak mengerti siapa yang membuatnya, tapi yang jelas dia gila. Kenapa dia membuat lantai es seluas 50 x 50 meter didalam ruangan seperti ini  ucapnya perlahan.

    Leon mulai berjalan diatas lantai es itu. Tak begitu licin  ucapnya dalam hati. Dia kembali melangkah diatas lantai itu. Ah not bad  cowok itu kembali berkomentar.

    “lantai ini terlihat berbeda, lebih mengkilap” cowok itu tidak memperdulikan lantai yang berbeda itu dan berjalan diatasnya seperti sebelumnya

    “syutt . . .” sepatu yang dikenakannya tiba-tiba kehilangan daya rekatnya yang membuatnya tergelincir menuju dinding pembatas disudut ruangan.

    “brak” tubuh cowok itu dengan keras membentur dinding pembatas yang berada disudut ruangan, pistol Magnum 44 dan sisa glass sword  yang dibawanya terlempar disekitarnya.

    Leon merintih kesakitan dan mencoba duduk sambil membawa barang bawaannya. Dia mengambil Magnum 44 yang tak begitu jauh darinya, mana glass swordku ?  Leon melihat sekitarnya. Sial dimana pedang itu ?  dia meraba-raba lantai es disekitarnya.

    “clak” tangannya menyentuh glass sword  yang nyaris tak terlihat karena bentuknya yang tembus padang dan uap es yang menyamarkan apa yang ada diatas lantai es. Leon melihat wajahnya yang tercermin dilantai es yang mengkilap, dia merasa dirinya tidak berguna dan tidak bisa apa-apa.

    Seorang gadis berambut hitam sepinggang berdiri dipintu masuk bangunan itu. Gadis itu melihat cowok berambut coklat tua yang sedang menundukkan kepalanya disalah satu sudut ruangan. Sesuatu tiba-tiba merasuki cowok itu, cowok itu tiba-tiba memukul es dengan kencang dan menghilang tiba-tiba.

    Siapa cowok itu ? kenapa terlihat marah dan kemudian hilang tiba-tiba, dasar aneh  ucap gadis berambut hitam sepinggang itu. Gadis itu melihat dengan mata biru nya lantai esnya retak akibat pukulan cowok itu. “ahhhhhh, berani beraninya dia menghancurkan lantai es ku” teriak gadis itu


    °•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°` `°•.¸¸.•°


    Somewhere on earth . . .

    Cowok rambut coklat tua duduk diatas batu besar yang berada ditepi sungai yang dangkal, cowok itu hanya terdiam melihat air yang mengalir disungai tanpa berkata sepatah katapun.

    “sepertinya kau mulai kehilangan kepercayaan dirimu ?” ucap cowok berambut abu-abu yang tiba-tiba muncul disampingnya

    “ya, aku tidak berguna. Aku tidak bisa melakukan apapun” cowok berambut coklat tua mengeluarkan pistol Magnum 44 nya

    “bukan tidak bisa, hanya saja kau masih belum pernah mencoba percaya pada dirimu” cowok berambut abu-abu itu melihat kearah sungai yang dangkal

    “aku sudah mencobanya tapi selalu gagal” cowok berambut coklat tua itu mulai menembakkan pistol Magnum 44 nya untuk mengosongkannya

    bang . .  bang . . bang . . bang . .  bang . . bang . .blarr . . 

    “what the ? apa yang terjadi ?” teriak cowok berambut coklat tau itu tiba-tiba ketika melihat pohon yang ditembaknya tumbang

    “itu kemampuanmu, aku yang mengeluarkannya” cowok berambut abu-abu itu melihat kearah pohon yang tumbang itu dengan serius

    “kemampuanku ? aku pikir itu punyamu” cowok berambut coklat itu membalas kata-kata cowok yang berdiri disampingnya

    “kita itu satu, kekuatanku adalah kekuatanmu. Kamu tidak bisa menggunakannya karena kamu tak percaya” cowok berambut abu-abu itu mengangkat sisa glass sword

    Cowok berambut coklat tua itu tak mengerti apa yang akan dilakukan cowok yang berdiri disampingnya itu. Pedang itu tiba-tiba memancarkan cahaya putih dan kembali ke bentuk aslinya sebelum patah.

    “semua yang kau miliki hanya bisa berguna jika kau percaya” cowok berambut abu-abu itu melemparglass sword  yang digenggamnya

    Cowok berambut coklat tua menangkap pedang yang dilemparkan oleh cowok itu. Dia melihat cowok itu menyuruhnya untuk memukulkan glass swordnya ke pohon yang berada dibelakangnya. Cowok itu mendekati pohon dan memukulkan pedangnya dengan cepat.

    “pyar” glass swordn yang digunakan cowok itu pecah. “kau masih tidak percaya padanya, tutup matamu dan coba percaya padanya” teriak cowok berambut abu-abu

    Tangan cowok berambut coklat itu berdarah karena memukul kulit pohon yang sangat keras dan kasar. “kau masih belum percaya, yakinlah” teriak cowok abu-abu kembali

    “blarr” napas cowok berambut coklat tua tak beraturan, dan darah mengalir dari kedua tangannya yang terluka akibat memukul kulit pohon yang keras dan kasar. Dia membuka matanya dan melihat pohon yang dipukulnya akhirnya tumbang dan pedang tembus pandangnya berubah warna menjadi merah darah.

    “akhirnya kau berhasil, teruslah percaya pada dirimu sendiri” cowok berambut abu-abu mendekati cowok itu sambil memberi tepuk tangan

    Cowok berambut coklat tua masih mencoba mengatur napasnya dan berjalan mendekati pohon untuk bersandar. “blarr” pohon yang dibuat cowok itu bersandar tumbang bersama dirinya yang kehilangan kesadarannya.

    To be continue . . .

    0 comments

  • Random Post

    Random Post

    Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - [IO] World - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan